Dari sudut sebuah restoran junk food di dekat stasiun Bogor, aku memperhatikan dua orang itu. Seorang calo penumpang angkot, dan seorang lagi pedagang Koran. Mereka berinteraksi.
Demikian hanyalah hal biasa di pintu penyebrangan kereta itu??
Bukan.. Bukan itu, yang ku intip…
Tapi ada permainan symbol nan imajiner…
Si calo memakai kaos bergambar salah satu Capres..
Si pedagang Koran juga memakai kaos bergambar, Capres yang lain..
Mereka jual beli canda.. Bekerja sambil bercengkerama..
Ikhlas, dengan senyum dan murni. Tanpa peduli Ultraviolet membumihanguskan ribuan sel di kulit mereka…
Tak nampak tanda-tanda saling bertukar sindiran, seperti yang kemarin ditiupkan tokoh-tokoh yang gambarnya ada di dada mereka.
Seorang teman menulis : ini sudah jadi gejala.
Dan dua orang itu, bagian yang sempal.
Barangkali juga adalah roda, dalam kendaraan sang elit.
Mereka yang dijual dalam statistic bahan kampanye.
Atas nama rakyat, sebagai wong cilik, sebagai konstituen….
Sekarang, tokoh-tokoh didada mereka resmi berkompetisi.
Nomor urut sudah di undi.. Perang didepan mata..
Entahlah, bakal ada saling sikut apa dibelakang..
Tapi aku percaya, kedua manusia itu tiada bergeming dalam perkenalan mereka.
Karena mereka tak di dalam lingkaran..
Karena mereka tak paham apa-apa tentang politik.
Dan itu yang cukup membahagiakan,..
(Silahkan,.. Silahkan teruskan canda kalian)
3 comments:
Tulisan nya lumayan ...
Keep on writing...
N kayanya perlu agak lbh di publish dey mas, hehhehe...
wah setaun lebih gak nulis. nulis lagi dong, Jok! :D
Nice ka',, T.O.P bgt,,
Post a Comment