Bulan sedang penuh. Bulat menggoda.
Aku masih mengendara dengan kecepatan tetap.
“Disitu, dulu tempat ketemu-nya” Laki-laki senja itu berujar. Menunjuk pada sebuah gedung yang nampak renta, agak tak terawat.
Gedung PWI disebuah ruas di Jalan Veteran.
“Wah, udah lama.. sekitar tahun 73an,“ ia menambahkan ,” dulu sama-sama kerja disitu”.
Ia tidak bercerita banyak,.. tapi aku menarik kesimpulan : jalan itu punya kesaksian atas kisah masa mudanya.
“Ya, kaya anak muda sajalah. Biasa jalan, nyari makan bareng di sekitaran Pecenongan..”
“Atau sebulan sekali, kalo tanggal muda biasa nraktir makan es krim Italia di Ragusa”
Aku masih menyimak ceritanya..
“Dulu, gak punya kendaraan. Jadi kalo mau anter pulang ya naik bis kota. “ ujar-nya lagi. Lalu??
“Biasa, kalo pulang kerja jalan dulu nyari bis di Lapangan Banteng. Dulu ada terminal bis disitu”.
“Sesekali juga, iseng jalan ke Pasar Baru. Jalan Kaki”
Cerita berhenti sampai disitu saja.
Ada imajinasiku yang menyusul kemudian.. Membayangkan jalan itu di 36 tahun yang lalu..
Sepasang anak muda, tengah mengejar isyarat.
Mencarinya di sepanjang jalan.
Mungkin saling bertukar cerita, berbagi kata.
Melepas canda, meledakkan tawa.. Berdua saja..
Dalam media yang paling sederhana.
Tanpa ponsel, tanpa facebook, atau yahoo messenger.
Jalan Veteran masih menyisakan ruang, dalam ingatan senja laki-laki itu. Ia hanya bercerita dengan datar. Tanpa emosi.
Sebuah pertemuan pertama, juga pertemuan-pertemuan selanjutnya..
Jika mungkin pertemuan tak pernah terjadi.
Mungkin juga tiada pernah aku menulis diblog ini..
Laki-laki itu, bapakku..
*) Mengambil struktur "Moon Over Bourbon Street - Sting"
No comments:
Post a Comment