INDONESIA MERDEKA

INDONESIA MERDEKA

Wednesday, May 6, 2009

(Memaksa) Sting Bertanya, (Memaksa) Sapardi Menjawab

How could I be this way when I pray to God above?
( Moon Over Bourbon Street; 1985)

Ia pun suatu saat ingin meloloskan dirinya ke dalam doa,
Tetapi tak pernah mengetahui awal dan akhir sebuah doa.
Barangkali seluruh hidup adalah sebuah doa yang panjang.
(Pada Suatu Malam; 1964)

***

Have you seen a bright lily grow Before rude hands have touched it?
(Have you seen the bright Lily Grow?; 2006)

Tak ada alasan untuk memahami
Kenapa wanita yang selama ini rajin menyiraminya
dan selalu menatapnya dengan pandangan cinta ini
kini wajahnya anggun dan dingin,
menanggalkan kelopaknya selembar demi selembar
dan membiarkannya berjatuhan menjelma pendar-pendar di permukaan kolam
(Bunga,2,; 1975)

***

Whenever the TV makes me mad, whenever I'm paralyzed with fear ?
(Whenever I Say Your Name; 2003)

Hafalkan namamu. Tikungan demi tikungan,
Warna demi warna tanda-tanda jalanan yang menunjuk ke arah kita,
yang kemudian menjanjikan arah yang kabur
(New York, 1971; 1971)

***

Turn on the radio, the static hurts my ears. Tell me, where would I go?
(When The World Is Running down, You Make The Best of What’s Still Arround; 1986)

Cahaya bertebaran disekitarmu,
Butir-butirnya membutakan dua belah matamu.
Lupakah kau bahwa baru saja meninggalkan dermaga?
(Cahaya Bertebaran; 1970)

***

Convince an enemy, convince him that he's wrong, Is to win a bloodless battle where victory is long ?
(History will teach us nothing; 1987)

Saksikan saja dengan teliti bagaimana Matahari
memulasnya warna-warni sambil diam – diam
membunuhnya dengan hati-hati sekali dalam kasih sayang;
Lihat, ia pun terkulai perlahan-lahan
dengan indah sekali
(Sonet : Hei! Jangan Kau patahkan; 1967)

***

After the tears have washed your eyes, You'll find that I've take nothing?
(After The Rain Has Fallen; 1999)

Ku kirim padamu beberapa patah kata
yang sudah langka -
jika suatu hari nanti mereka mencapaimu,
rahasiakan, sia-sia saja memahamiku;
Dalam setiap kata yang kau baca
selalu ada huruf yang hilang –
kelak kau pasti kembali menemukannya
di sela-sela kenangan penuh ilalang
(Sajak-Sajak Empat Seuntai;1989)

***

Every place around the world (it seemed the same) can't hear the rhythm for the drums ?
(Jeremiah Blues(Part 1); 1991)

Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya,
dan tak lagi mengenalnya
(Hujan Dalam Komposisi, 1; 1969)

***

In the cold weather, a hand needs a glove, At times like this, a lonely man like me needs love ?
(Epilouge; 1993)

Seperti engkau berbicara di ujung jalan
-Waktu dingin, sepi gerimis tiba-tiba
seperti engkau memanggil-manggil dikelokan itu
untuk kembali berduka-
untuk kembali kepada rindu panjang dan cemas
seperti engkau yang memberi tanda tanpa lampu-lampu
(Gerimis Kecil di Jalan Jakarta, Malang; 1968)

***

Red the port light, Starboard the green, How will she know of the devils I've seen ? (Valparaiso; 1996)

Perempuan mengirim air matanya
ke tanah-tanah cahaya, ke kutub-kutub bulan
ke landasan cakrawala; kepalanya diatas bantal
lembut bagaikan bianglala
(Pertemuan; 1968)

***

When the map you have leads you to doubt, When there's no information, Does the compass turns to nowhere that you know well ??
(Let Your Soul Be Your Pilot; 1996)

Mendadak kau mengabut dalam kamar,
mencari-cari dalam cermin
Tapi cermin buram kalau kau entah dimana,
kalau kau mengembun dan menempel dikaca,
kalau kau mendadak menetes dan terpercik kemana-mana;
dan cermin menangkapmu sia-sia
(Cermin, 2; 1980)

***

All the bloodshed, all the anger, All the weapons, all the greed, All the armies, all the missiles, All the symbols of our fear, There is a deeper wave than this??
(Love Is The 7th Wave; 1985)

Masih adakah?
Alangkah angkuhnya langit
Alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita seluruhnya
Seluruhnya kecuali kenangan
pada sebuah gua yang menjadi sepi tiba-tiba
(Sehabis Mengantar Jenazah; 1967)

***

To save his farm from the banker's draft, The farmer took out a book on some old witchcraft, (then) He made a spell and a potion on a midsummer's night ??
(Heavy Cloud No Rain; 1993)

Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang,
dan payung, berdiri disamping tiang listrik.
Katanya kepada lampu jalan, “Tutup matamu dan tidurlah.
Biar Kujaga malam”.
“Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba suara desah,
Asalmu dari laut, langit, bumi.
Kembalilah, jangan menggodaku tidur.
Aku sahabat manusia. Ia suka terang
(Percakapan Malam Hujan; 1973)

***

Must I praise the leaves where no fruit I find?
(Can She Excuse My Wrongs?; 2006)

Saat tiada pun tiada, aku berjalan
(tiada gerakan, serasa isyarat)
Kita pun bertemu
Sepasang Tiada tersuling
(tiada gerakan, serasa nikmat) :
Sepi meninggi
(Dalam Doa : II; 1968)

***

Sometimes I see your face, The stars seem to lose their place. Why must I think of you?
(Why Should I Cry for you; 1991)

Karena sehabis suara gemuruh itu yang tampak olehku,
hanyalah tubuhmu telanjang dengan rambut terurai
Mengapung dipermukaan air bening yang mengalir tenang –
Tapi,.. tak kau sahut panggilanku
(Sehabis Suara Gemuruh ; 1973)

***

Did you ever wonder what you'd been carrying since the world was black?
(Dead Man’s Rope; 2003)

Ya. Di ruangan ini kita gaib dalam gema.
Diluar malam hari mengendap, kekal dalam rahasia
Kita pun setia memulai percakapan kembali
seakan abadi, menanti-nanti lonceng berbunyi
(Dalam Sakit; 1967)

***

It's a shaggy kind of story, Would I tell you if I thought it was a lie?
(Perfect Love Gone Wrong; 1999)

Tidak usah.
Pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau takkan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti impianku pun tak dikenal lagi
Namun disela-sela huruf sajak ini,
kau takkan letih-letihnya kucari
(Pada Suatu Hari Nanti; 1991)

***

The sky turned to black, Would he ever come back?
(Tea In The Sahara, 1987)

Lelaki tua yang rajin itu, mati hari ini
Sayang bahwa ia tak bisa menjaga kuburnya sendiri
(Tentang Seorang Penjaga Kubur yang Mati;1964)

***

My comfortable existence is reduced to a shallow meaningless party?
(Driven To Tears; 1986)

Entahlah. Aku memesan rasa sakit
yang tak putus dan nyaring lengkingnya,
memesan rasa lapar yang asing itu
(Di Restoran; 1989)

1 comment:

Anonymous said...

nice