Jauh perjalanan mencari intan pujaan
Aduhai, dimana puan mengapa pergi tanpa pamitan
Lembah Ku turuni, bukit nan tinggi ku daki
Aduhai, tak kunjung jumpa mengapa hilang tak tertentu rimba
Laut, hempaskan ku padanya
Bintang tunjukkan arah, oh angin bisikkanlah dimana dia
Hati cemas bimbang, harapan timbul tenggelam..
Permata hati, mungkinkah kelak berjumpa lagi
Gak banyak informasi tentang lirik di atas. SORE – Pergi Tanpa Pesan. Cuma sebaris kata ini : “a reworking of a forgotten Indonesian classic from the late 1950s.
Forgotten?
Untungnya lagu secanggih ini (in my opinion) masih ada yang mengapresiasi.
SORE,.. SOREZEBAND
SORE ?? Siapa SORE?? Baru kemarin magrib seorang drummer kidal menggulirkan itu lagi. Mengulang ketidaktahuan banyak orang..
Karena SORE jarang nongol di tivi??
Bisa jadi, tapi memang saya yang beruntung. Bisa jatuh hati pada “Pergi Tanpa Pesan”,.. lalu kenal SORE.
Lagu itu tanpa basa-basi membuat saya tidak bisa menghindar. Pintu untuk pencarian yang makin penasaran.. Apa lagi yang dilakukan SORE?
Beberapa lagu di beberapa album soundtrack.. Dua album studio mereka “Centralismo” dan “Ports of Lima” sudah saya dapat. Semuanya sudah nyaman dalam playlist sekarang.
Saya putar tak tentu waktu, saya simak. Dan kebanggaan saya atas musik negeri dalam negeri hari ini seperti terselamatkan.
Saya suka SORE. Titik.
Apa musik SORE?? Electrical pop absurd? Indonesiana Rock Revival ? College Rock ? Chamber Pop ? Indie Rock ? Psychedelia??
.., Monggo monggo wae…
Atau,
Imagine The Beatles grew up in the Pacific, listening to the music of Steely Dan, Morrissey, Interpol, and Antonio Carlos Jobim?? Their music is a curious blend of traditional pop song-writings and mood explorations, ranging from the calmest whisper to the Wagnerian exuberance of the horn sections and fuzz guitars??
Sak-karepmu lah..
Yang paling penting : Saya suka SORE. Titik.
1 comment:
S-a-y-a j-u-g-a s-u-k-a. Titik.
Post a Comment