INDONESIA MERDEKA
INDONESIA MERDEKA
Monday, September 13, 2010
Cerita Ulang Bharatayudha dalam Aransemen Generasi MTV (Bagian 1)
Hari Pertama
Gemuruh pertempuran membelah angkasa. Genderang perang bertalu membahana. Terompet ditiup menderu kencang-kencang. Kuda dan gajah perang meringkik dan melengking. Prajurut bersorak, panah berterbangan bak meteor. Masing-masing sudah ready combat, siap saling serang. Ini adalah perang gila yang mengerikan. Saudara sepupu, Kakek dan cucu, Paman dan Kemenakan, Guru dan Murid saling bunuh di tegal kurusetra. Pandawa mengangkat Sweta, Uttara dan Wratsangka Putra-putra Wirata sebagai panglima perang dan Kurawa menunjuk Bhisma Putra Gangga sebagai sang Senopati.
Bhisma tancap gas, langsung bergerak menggila bagai tarian sang malaikat penghancur. Sebelum tengah hari, pasukan Pandawa banyak mengalami kekalahan. Abimanyu putra Arjuna, The Rising Star kubu Pandawa yang tangkas berperang tak tinggal diam, ia maju menantang sang kakek. Tetua keluarga dan cucu itu bertarung keras. Konon para dewa turun untuk melihat pertempuran itu. Panji-panji berlambang pohon karnikara milik Abimanyu berkibar gagah. Dengan tangkas Abimanyu menangkis serangan-serangan Bhisma yang tajam, sekaligus melayangkan counter attack dengan memenggal kepala sais kereta Bhisma dan menjatuhkan panji-panji pohon palem milik sang Kakek.
Putra Gangga sangat senang melihat keberanian anak muda itu. Dengan berat hati, ia harus mengerahkan seluruh kesaktiannya melawan si cucu. Uttara, Dristadyumna putra Drupada dan Bima segera datang membantu menyerang Bhisma yang ditopang Prabu Salya. Uttara dengan berkendara Gajah gigih menyerang Salya hingga kereta kudanya hancur berantakan. Tetapi secepat kilat, Salya melesatkan tombaknya menghujam jantung Uttara. Uttara roboh seketika.
Swetta menyaksikan bagaimana Salya menghabisi adiknya. Amarahnya memuncak, ia lantas memburu Salya yang segera dilindungi tujuh ksatria Kurawa. Makin sengit, Swetta bertarung bak singa lapar. Ribuan prajurit Kurawa tewas dan kereta perang rusak. Bhisma datang untuk menahan Swetta yang mengganas. Bhisma dan Swetta duel, beradu tombak. Sengit, namun akhirnya Swetta kalah. Tombak Bhisma menembus dadanya, dan tewaslah panglima perang pandawa itu.
Hari pertama, pasukan Pandawa mengalami kekalahan. Duryodana, Dursasana dan Kurawa lainnya menari-nari merayakan kemenangan hari itu.
Hari Kedua
Setelah tewasnya Prabu Swetta, pasukan Pandawa mengangkat Dristadyumna, saudara Drupadi Putra Raja Panchala sebagai Senapatinya. Pasukan Kurawa yang dipimpin Bhisma sekali lagi mengantam lawannya dengan keras. Formasi perang milik Pandawa hancur berantakan. Bhisma menggila!
“Jika hal demikian berlarut, Pasukan kita akan dihabisi. Kakek Bhisma harus dihentikan,”ujar Arjuna.
Arjuna merengsek maju menyerang Bhisma. Duryudhana langsung memerintahkan pasukannya untuk melindungi sang kakek. Ketangkasan Arjuna menggunakan busurnya, mampu memporakporandakan bala tentara yang dikirimkan Duryudhana. Arjuna dan Bhisma, keduanya ksatria terbesar di muka bumi. Pertempuran keduanya tampak seimbang dan berlangsung sengit. Anak panah melesat bagai petir, saling serang. Kereta mereka bergerak sangat cepat. Konon, para dewa turun dari kahyangan menyaksikan laga ini.
Dibagian arena yang lain juga terjadi duel maut antara Durna dan Dristadyumna. Pedang dan anak panah mereka menderu dengan kebencian membara. Dristadyumna akhirnya terluka, bahkan sampai terlempar dari kereta perangnya. Pada saat kritis itu, BIma segera datang menyelamatkan mahasenapatinya. Melihat Bima menyerang Durna, Duryudhana segeram mengirim pasukan Kalinga-nya, semacam pasukan elite milik kubu Kurawa. Bima mengamuk bagai dewa kematian dan membunuh sejumlah besar pasukan itu.
Menyaksikan itu, Bhisma segera datang membantu pasukan Kalinga. Abimanyu, Satyaki dan beberapa ksatria Pandawa segera datang juga membantu Bima. Serangan dahsyat mereka berhasil menewaskan sais kereta Bhisma. Akibatnya, Bhisma menjadi oleng, dan harus berlari meninggalkan medan laga untuk menyelamatkan diri. Kesempatan ini dimanfaatkan pasukan Pandawa untuk menghabisi lawannya. Tidak terhitung kehilangan prajurit yang dialami Kurawa.
Senja datang, menutup perang hari kedua. Giliran Kurawa mengalami suasana kekalahan yang dialami Pandawa pada hari pertama.
Hari Ketiga
Bhisma mengatur pasukan kurawa dengan formasi Garudawyuha (burung garuda). Ia sendiri berdiri paling depan, dan Duryudhana berada dibelakang melindungi bagian ekor. Segala sesuatu diatur dengan cermat, agar tidak menelan kekalahan lagi. Sementara Dristadyumna dan Arjuna mengatur pasukan Pandawa dengan strategi Ardhacandrabyuha (bulan sabit) untuk mengimbangi strategi lawan. Bima berdiri di ujung kanan formasi dan Arjuna disisi sebelah kiri.
Perang kian sengit, deru senjata dan darah membanjir. Serangan serempak kurawa pada posisi Arjuna, masih dapat dihalau putra Pandu dengan ketangkasan yang mengagumkan. Ditempat lain, Sengkuni, paman kurawa bertarung hebat dengan Abimanyu dan Satyaki. Durna dan Bhisma sama-sama menyerang Yudhistira yang dibantu Nakula dan Sadewa. Bima dan putranya, Gatotkaca menyerang pasukan Duryudhana. Duryudhana terluka parah dibagian punggungnya.. Durna dan Bhisma pun segera datang untuk melindungi Duryudhana yang nyaris ambruk.
Setelah siang, Bhisma mengamuk dimedan perang. Ia kerahkan pasukan dan menyerang begitu dahsyat. Bhisma bergerak kilat dari satu tempat ke tempat lain dengan hantaman mematikan. Setiap lawan yang menghadangnya dipukul mundur. Srikandi dan Wasudewa gagal menahannya. Gantian pasukan Pandawa yang kacau balau.
Melihat keadan ini, Krishna (yang telah bersumpah untuk tak angkat senjata dan memilih menjadi sais kereta Arjuna) sang pengatur strategi perang Pandawa memperingatkan Arjuna untuk menghentikan Bhisma. Demikianlah, Krishna memacu kereta Arjuna mendekati Bhsima. Ksatria tua itu menyambut dengan tembakan ratusan anak panah persis mengarah ke sasaran. Panah-panah sang kakek menerjang dengan trengginas. Tapi Arjuna melawan tidak dengan sepenuh hati,ia sangat menghormati kakeknya.
Krishna tidak puas dengan cara Arjuna menghadapi Bhisma. Menurutnya jika Arjuna terus bersikap demikian, pasukan Pandawa yang saat itu mentalnya sedang down akan semakin kacau dan mudah ditaklukkan. Arjuna masih belum melawan dengan sungguh-sungguh, sementara Bhisma makin menguasai keadaan. Hal ini membuat Krishna gatal, ia tidak sabar lagi.
“Aku tidak sabar lagi Arjuna. Akan ku bunuh Bhisma sendiri!” ia berseru pada Arjuna sambil melompat turun dan mengambil kuda-kuda untuk melepas senjata Cakra andalannya kearah Bhisma.
Arjuna terpana melihat kemarahan Krishna. Ia pun merasa malu, dan mengejar Krishna. Akhirnya ia berhasil membujuk Krishna untuk mundur kembali dan berjanji untuk berperang dengan lebih semangat. “Aku berjanji untuk memenuhi kewajibanku memenangkan pertempuran ini!”
Efek “ancaman” Krishna sukses, Arjuna balik mengganas. Ia menyerang balik Bhisma dan tentara kurawa bak banteng terluka. Ksatria sakti itu berhasil meremukkan bangunan formasi Kurawa. Sore itu itu Kurawa kembali mengalami kekalahan. Arjuna putra Pandu Dewanata keluar sebagai Man of the Match dalam perang hari ketiga.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment