INDONESIA MERDEKA
INDONESIA MERDEKA
Monday, September 20, 2010
Cerita Ulang Bharatayudha dalam Aransemen Generasi MTV (Bagian 2)
Hari Keempat
Tidak ada sesuatu lain selain sekitar pertarungan dan saling membunuh. Kedua kubu bersiap dengan strategi mutakhir demi meraih kemenangan. Setelah fajar, perang dimulai. Para ksatria sedia menyongsong pertempuran, tampak seperti langit berpetir ditengah hujan badai.
Bhisma memimpin penyerbuan, pasukan Pandawa siap melawan.. Aswatama, Burisrawa, Salya dan Citrasena mengepung dan menyerang Abimanyu yang tiada gentar setitikpun. Melihat putranya dikeroyok, Arjuna langsung datang membantu. Duel makin sengit. Dristadyuma juga datang menopang duo Arjuna – Abimanyu dengan sejumlah infanteri. Ketika posisi Kurawa terdesak, Duryudhana pun datang membantu, lengkap dengan pasukan gajahnya. Pertarungan makin panas, setelah Bima ikutan terjun ke gelanggang!
Bima mengamuk dengan senjata Gada nan berayun-ayun. Pasukan gajah Duryudhana kocar-kacir. Delapan saudara Duryudhana-pun tewas ditangan Bima, hal yang membuat putra sulung Raja Destarata ini naik pitam. Lantas ia menyerang Bima habis-habisan. Tarung kedua musuh bebuyutan ini berlangsung keras. Namun malang, Bima terluka terhunus panah Duryudhana. Ia tersentak dan nyaris jatuh. Gatotkaca yang melihat ayahnya terluka, amat marah. Ia langsung menantang pamannya dan menyerang pasukan Kurawa. Ia berkelabat sangat cepat melancarkan sengatan menusuk nadi pasukan Kurawa. Putra Bima dari istrinya Dewi Arimbi itu terkenal sangat sakti. Konon ia dapat terbang dan mampu berubah menjadi sebesar raksasa. Kurawa kewalahan. Bhisma memerintahkan pasukannya untuk mundur.
Hari itu harinya Gatotkaca. Ia mampu memenangkan Pandawa.
Hari Kelima
Malam sebelum hari kelima perang. Bhisma sesungguhnya telah menasihati Duryudhana untuk menghentikan perang. Melihat ribuan nyawa telah melayang sia-sia, terutama dari kubu Kurawa membuat Putra Gangga itu bersedih hatinya. Ia menyarankan Duryudhana untuk berdamai dengan Pandawa sebagaimana mestinya. Namun nasihat baik itu tidak diindahkan oleh Duryudhana yang angkuh. Ia tidak ingin berdamai.
Esok paginya perang dilanjutkan. Krishna bereksperimen dengan formasi baru Pandawa. Bima berdiri di ujung depan. Dristadyumna, Srikandi, Satyaki dibelakangnya menyokong pusat formasi. Yudhistira, Nakula dan Sadewa menjaga disisi belakang. Namun Bhisma yang berinisiatif melancarkan gempuran duluan melalui serangan panah. Pasukan Pandawa terpukul mundur. Menyaksikan barisannya terdesak, Arjuna segera menantang Bhisma. Durna datang dibelakang Bhisma, dan Satyaki mencoba menghadangnya. Namun Durna masih terlalu kuat bagi Satyaki. Bima pun lantas datang membantu, menghadapi Durna.
Duel jadi makin sengit. Durna, Bhisma dan Salya bersekutu menyerang Bima. Srikandi (yang terlahir sebagai perempuan) datang membantu Bima dengan melancarkan serangan panah pada Bhisma. Ketika Srikandi maju, Bhisma yang berprinsip tidak akan menyerang perempuan segera menarik diri. Melihat Bhisma mundur, Durna segera menyerang Srikandi dan memaksa Srikandi mundur.
Pada sudut yang lain, Duryudhana mengirimkan pasukannya untuk menyerang Satyaki. Tapi dengan mudah Satyaki menghancurkan mereka. Burisrawa datang untuk membantu Duryudhana. Ksatria yang terkenal jago pedang itu berhasil memaksa Satyaki bertahan. Kesepuluh putra Satyaki yang melihat ayah mereka terdesak segera datang membantu. Namun panah-panah Burisrawa terlalu tangguh bagi petarung-petarung muda itu. Tragis, kesepuluh putra Satyaki menemui ajal. Satyaki pun marah, ia lantas menyerang Burisrawa. Namun sekali lagi, Burisrawa terlalu tangguh bagi kerabat Krishna itu. Ilmu pedang Burisrawa memang tiada tandingannya. Kemudian Bima datang menyelamatkan Satyaki. Putra Pandu itu tak ingin Satyaki mati di ujung pedang Burisrawa.
Akhir pertempuran sore itu, Arjuna berhasil mengoyak barisan tentara Kurawa dan kembali memberikan kemenangan pada Pandawa.
Hari Keenam
Yudisthira memerintahkan Senapati Dristadyumna menggunakan formasi makarabyuha, pola berbentuk ikan raksasa dengan kepala bertanduk sebagai bakal strategi Pandawa hari itu. Sementara pasukan Kurawa menyusun formasi kraunchabyuha dengan bentuk burung bangau.
Perang hari ini langsung panas dengan tewasnya lebih banyak prajurit di kedua pihak, bahkan ketika hari masih pagi. Di kubu Kurawa Durna tampil menggila. Sementara Bima menyerbu saudara-saudara Duryudhana. Mereka serentak menyongsongan tantangan itu. Bima pun dikeroyok Dursasana, Durwisaha, Jayasina, Citrasena, Wikarna, Carucitra dan belasan lainnya. Seru. Mereka ingin menangkap Bima hidup-hidup, demi menuntut balas atas serangan Bima yang membunuh kedelapan saudara mereka kemarin. Melihat Bima dikepung bala Kurawa, Dristadyumna tak tinggal diam. Dengan senjata saktinya, putra Panchala itu dapat menyelamatkan Bima dan menangkis balik serangan lawannya. Tidak berapa lama kemudian datang pasukan kiriman Duryudhana untuk menghajar Dristadyumna. Namun tidak lama Abimanyu datang membantu sang Paman.
Hari itu ditandai dengan pertarungan missal yang tidak pandang bulu. Darah membanjir dan padang Kurustra penuh dengan mayat-mayat prajurit, kuda, gajah serta puing-puing kereta perang. Pandawa mengalami kekalahan, meskipun tidak telak.
Hari Ketujuh
Strategi perang kedua kubu dirombak. Pandawa membentuk formasi Wajrawyuha (halilintar), sementara Kurawa mengusung formasi Cakrabyuha, bentuk melingkar. Genderang dan terompet berbunyi bersahutan memulai perang hari ini. Makin hari makin sengit. Makin panas seperti diesel. Arjuna menyerang dan dihadang Bhisma. Wirata terlibat pertarungan sengit dengan Durna. Srikandi versus Aswatama. Nakula dan Sadewa berkolaborasi melawan Salya, paman mereka. Gatotkaca versus Bhogadetta. Satyaki versus Alambasa. Bima dikeroyok Kritawarma, Citrasena, Wikarna dan Durmasha. Yudhistira melawan Srutayu. Dristaketu versus Burisrawa, Chekitana adu tangguh lawan Kripacarya, serta Dristadyumna bertarung dengan Duryudhana.
Duet Bapak anak Arjuna dan Abimanyu menggelar pertarungan dengan sang kakek Bhisma. Sengit. Namun sang kakek mampu menahan mereka sampai matahari terbenam. Perang hari ketujuhpun berakhir cukup seimbang.
Hari Delapan
Hari masih pagi saat Bima berhasil membunuh delapan kurawa saudara Duryudhana. Kematian ini sangat menyayat hati putra sulung raja Destarata itu. Nampaknya Bima benar-benar ingin menuntaskan sumpahnya menghabisi Kurawa. Sumpah yang diucapkannya saat Pandawa dan Drupadi dipermalukan dalam permainan dadu.
Namun hari itu Arjuna juga mengalami kedukaan. Irawan, putranya dari Dewi Ulupi tewas ditangan Alambasa.
Mengetahui sepupunya tewas, Gatotkaca murka. Ia mengamuk menerjang pasukan Kurawa dengan ganas. Kurawa pun menjadi kacau balau. Melihat itu, Duryudhana mencoba menahan Gatotkaca. Awalnya pertarungan berjalan imbang. Keduanya saling melukai. Namun dendam membara atas kematian Irawan membuat Gatotkaca seperti punya motivasi berlipat untuk menghukum Kurawa. Hal ini membuat Duryudhana kewalahan. Bhisma-pun memerintahkan Wanga dan Durna untuk membantu Duryudhana. Pertarungan makin alot, ketika Bima datang membantu putranya.
Senja datang, perang hari kedelapan harus dihentikan. Hari itu, enam belas Kurawa saudara Duryudhana menemui ajal.
Hari Kesembilan
Perang dimulai lagi. Abimanyu melawan Alambasa. Satyaki dengan Aswatama, Arjuna versus Durna, serta Yudistira, Bima, Nakula dan Sadewa menyerbu Bhisma yang dibantu Dursasana.
Sampai perang hari ini, Arjuna masih belum bertarung sungguh-sungguh tiap melawan Bhisma dan Durna, kakek dan guru yang sangat ia cintai. Sedikit informasi, Bhisma dan Durna membela Kurawa bukan dimaksudkan untuk membela para putra Destarata, melainkan karena harus membela Hastinapura, tanah air mereka. Sebagaimana yang pernah dilakukan Kumbakarna saat harus menghadapi Sri Rama dalam babad Ramayana.
Krisna sang sais kereta mampu menangkap gejolak keraguan dalam diri Arjuna. “Kau tidak bertarung dengan sepenuh hati, Arjuna!” Ia kembali turun dari keretanya dan mengancam akan membunuh Bhisma dengan tangannya sendiri.
Namun lagi-lagi Arjuna berhasil menahan Krishna agar tidak melanggar sumpahnya untuk tidak angkat senjata dalam perang ini. “Ini perangku, Wasudewa (Panggilan Krishna). Aku tidak akan mengecewakanmu lagi. Aku akan sungguh-sungguh!”
Hari itu, pasukan Pandawa menderita kekalahan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment