Semua sepakat serentak melongok ke luar jendela saat hujan tumpah dengan derasnya.. Semua kecewa. Sampai seorang teman melayangkan seuntai protes yang paling humanis pada hampa udara. “Kenapa kau (hujan) harus turun, saat aku mau pulang”. Aaaah, Hujaaan…
Seno Gumira Ajidarma punya kata-kata yang mudah diingat tentang hujan.
“Hujan yang turun tidak sekedar sebagai air turun dari langit yang “netral”. Hujan dikehendaki punya makna“.
Mungkin romantik.. (sepasang kekasih berjalan di bawah satu payung berjalan ditengah hujan lebat).
Mungkin sentimental (seorang berusia paruh baya memandang keluar jendela ketika hujan lebat sembari mengenang masa lalunya),
Dan yang kurang personal : Mungkin duka. (banjir lagi alias lagi-lagi banjir)..
Barangkali, beragam kesan tentang hujan terlanjur bersemayam pada setiap jiwa. Karena hujan begitu akrab, menginspirasi dan tak terduga.
Sore ini mungkin hujan akan menyebalkan bagi beberapa kepala. Paham kan kenapa ada yang kecewa dengan ini? Hujan tak Cuma menunda. Membuat jadi menunggu. Tapi pasti sudah terbayang bermacam ketidaknyamanan perjalanan pulang ke rumah saat hujan turun atau setelah ia berhenti turun.
Mau tak mau aku tergerus dengan sebal ini. Sampai aku tulisan ini selesai, hujan belum juga reda.
“Hujan, Kenapa kau harus turun, saat aku mau pulang?”
No comments:
Post a Comment