Inge,
Bertahun – tahun setelah kematian Hans dan Sophie, kami mencoba mempelajari banyak hal serupa. “We read history in order not to have to repeat it. " Ya, dengan maksud terbaik agar kita tidak mengulangi sejarah yang tragis.
Bersama surat ini kami sampaikan kedukaan terdalam sekaligus penghormatan setinggi-tingginya atas perjuangan anda dan para Scholls. Saya tahu amat sulit menerbangkan berita dan pesan rahasia untuk keluar hidup-hidup dari penjara NAZI, karena Gestapo tak pernah main-main. Pun pasti tidak mudah bagimu mengungkapkan informasi yang terbuka atau hal-hal yang bersifat pribadi untuk kemudian diserang balik oleh kritikan publik. Apalagi, menceritakan kembali luka-luka yang menganga, jauh setelah perang berakhir.
Seperti itukah rasanya akrab dengan deportasi dari kamp ke kamp, penjara ke penjara? Kami tak berani membayangkan pengap dan ketidaknyamanan didalam sana. Kalian tentu sangat menderita.
Kami sedang berharap bisa memiliki sebuah kesadaran yang teguh untuk merintis perdamaian di negeri kami. Ingin rasanya ikut berbaris bersama Hans, Sophie dan teman-teman demi cita-cita perdamaian itu dijalan-jalan Eropa, kemudian melakukan yang sama disini. Sungguh sulit ternyata menemukan model atau peran terbaik apa yang cocok bagi generasi kami. Karena itu, kami ingin belajar dari mereka sebagaimana mereka berhasil menyalakan cahaya kecil di lorong paling gelap dalam sejarah Jerman. Semoga kami tidak putus asa kelak.
Hans, Sophie dan teman-temannya tidak berkata apa-apa tentang eksekusi dan guillotine. Apakah kau tahu, adakah mereka bersuka cita menjemput kematian itu? Memang benar, tiada indahnya penghukuman mereka karena tak ada yang lebih puitis selain kematian itu sendiri.
Regards,
Kampleng
*) Inge Scholl menulis sebuah account yang mencengkeram keberanian dan moralitas berjudul The White Rose : Munich 1942-1943 yang menceritakan tentang saudaranya Hans Scholl dan Sophie Scholl. Mereka memimpin organisasi bawah tanah kecil bernama The White Rose yang mengecam dan menentang kekejaman yang dilakukan Hitler dan rezim NAZI. Hans, Sophie dan seorang mahasiswa lain kemudian tertangkap dan dieksekusi mati. Buku ini berisi surat-surat, kutipan buku harian, foto-foto, transkrip dari leaflet kritis yang pernah disebar Scholl cs serta dokumen pengadilan dan eksekusi.
1 comment:
eh, gue baru inget. propic lo yg ini mengingatkan gue pada Michael Corleone waktu dia melarikan diri ke Cicilia. hehe
btw, blog ini terlalu banyak foto (uhuk!), boros bandwith nih, kasian dong ama fakir bandwith yg pengen akses blog ini. ;p
--temennya Joko
Post a Comment