Teror belum usai. Kira-kira ratusan orang disandera, 125 orang tewas, lebih dari 300 orang luka parah. Tragedi Mumbai menumpahkan duka, berdesir lengkap dengan bau amis darah. Rentetan senjata api, ledakan granat tangan, kebakaran, melayangkan nyawa-nyawa polos tanpa tahu kenapa.
”Mereka membunuh banyak orang, ” tutur seorang pria tua. Ia tengah membeli tiket di terminal victoria rabu malam itu, ditemani ketujuh anggota keluarganya. Tapi,.. rentetan suara tembakan yang membabi buta tiba-tiba menyerangnya. Ia selamat, tapi anak perempuan dan cucunya terluka.
Ini pertanyaan yang tak berjawab. Alasan apa yang ada dikepala sang pelaku aksi teror? Belum ada yang melansir secara akurat, siapa pihak yang bertanggungjawab atas tragedi itu. Tapi Rabu malam itu buat saya tetap kembali merefleksikan sikap, menarik alasan.
Saya jadi ingat seorang Guy Fawkes, atau sosok lain dalam diri V Vor Vendetta. Suatu hari di Bulan November diawal 1600an, Pemerintah Inggris mencatat sebuah hari pengkhianatan yang dilakukan Guy, pejuang itu melakukan aksi peledakan gedung parlemen sebagai bentuk perlawanan. Perlawanan yang ditulis dalam sejarah Britania : Guy mati di tiang gantungan. Setelah 4 Abad, dimana tragedi Guy Fawkes semakin dilupakan pemerintah dan rakyat, V vor Vendetta muncul untuk mengingatkan tanggal mengenaskan itu. Ambisi Guy menitis pada V, yaitu ingin mengubah tatanan birokrasi Inggris, menyebarkan pesan kebencian pada pemerintah, menebar ancaman dan teror, serta peledakan gedung-gedung sebagai simbol kekuatan rakyat. Aksi V berlanjut pada pembunuhan orang-orang pemerintah yang dianggapnya semena-mena terhadap rakyat. Rezim itu tidak tinggal diam, mereka menugaskan seorang perwira untuk menangkap V, pria misterius yang bertopeng Guy Fawkes. Namun V selalu selamat berkat perlindungan warga kota yang mendukung aksinya.
V vor Vendietta, ada disebuah film yang penuh teror. Film itu merefeksikan ulah para teroris di bumi akhir-akhir ini dan berakhir, (lagi-lagi) ke sebuah pertanyaan : Apa selalu ada pandangan lain dalam kacamata seorang pelaku aksi teror?
Itu pertanyaan mustahil. Tapi Dunia butuh orang (meski dengan wujud fiksi) seperti tokoh Spurlock dalam When In The World is Osama Bin Laden. Hal pertama yang menggelitik adalah harapan Spurlock yang menginginkan dunia tanpa teror. Sangat simpel, Spurlock bercita-cita akan dunia yang aman karena saat itu ia tahu kalau istrinya sedang mengandung, dan ia ingin anaknya kelak lahir, tumbuh, dan besar di dunia yang aman, tanpa kekerasan, tanpa perang, tanpa teror. Hal yang menggelitik kemudian adalah, ide Spurlock untuk menyisir jejak ”Most Dangerous Man” di bumi : Osama Bin Laden... Spurlock berkeliling dunia, menjumpai berbagai agama, suku, budaya, bahasa, adat yang kemudian menyajikan pengalaman unik baginya, sekaligus membentuk simpul yang nyata : semua perbedaan memiliki harapan yang sama akan kedamaian...
Para pelaku aksi teror di Mumbai semakin menciptakan keanehan. Mereka adalah entitas, dan korban mereka juga entitas. Guy fawkes adalah entitas, demikian pula dengan V for Vendetta. Osama Bin laden adalah entitas, juga Spurlock. Tapi entitas – entitas itu tidak akan pernah bertemu, untuk duduk dalam satu meja, lantas bercakap-cakap penuh respek dengan segelas kopi hangat di atas meja tadi. Ternyata memang ada ya yang tidak butuh kesimpulan?? Subhanaallah...
”Mereka membunuh banyak orang, ” tutur seorang pria tua. Ia tengah membeli tiket di terminal victoria rabu malam itu, ditemani ketujuh anggota keluarganya. Tapi,.. rentetan suara tembakan yang membabi buta tiba-tiba menyerangnya. Ia selamat, tapi anak perempuan dan cucunya terluka.
Ini pertanyaan yang tak berjawab. Alasan apa yang ada dikepala sang pelaku aksi teror? Belum ada yang melansir secara akurat, siapa pihak yang bertanggungjawab atas tragedi itu. Tapi Rabu malam itu buat saya tetap kembali merefleksikan sikap, menarik alasan.
Saya jadi ingat seorang Guy Fawkes, atau sosok lain dalam diri V Vor Vendetta. Suatu hari di Bulan November diawal 1600an, Pemerintah Inggris mencatat sebuah hari pengkhianatan yang dilakukan Guy, pejuang itu melakukan aksi peledakan gedung parlemen sebagai bentuk perlawanan. Perlawanan yang ditulis dalam sejarah Britania : Guy mati di tiang gantungan. Setelah 4 Abad, dimana tragedi Guy Fawkes semakin dilupakan pemerintah dan rakyat, V vor Vendetta muncul untuk mengingatkan tanggal mengenaskan itu. Ambisi Guy menitis pada V, yaitu ingin mengubah tatanan birokrasi Inggris, menyebarkan pesan kebencian pada pemerintah, menebar ancaman dan teror, serta peledakan gedung-gedung sebagai simbol kekuatan rakyat. Aksi V berlanjut pada pembunuhan orang-orang pemerintah yang dianggapnya semena-mena terhadap rakyat. Rezim itu tidak tinggal diam, mereka menugaskan seorang perwira untuk menangkap V, pria misterius yang bertopeng Guy Fawkes. Namun V selalu selamat berkat perlindungan warga kota yang mendukung aksinya.
V vor Vendietta, ada disebuah film yang penuh teror. Film itu merefeksikan ulah para teroris di bumi akhir-akhir ini dan berakhir, (lagi-lagi) ke sebuah pertanyaan : Apa selalu ada pandangan lain dalam kacamata seorang pelaku aksi teror?
Itu pertanyaan mustahil. Tapi Dunia butuh orang (meski dengan wujud fiksi) seperti tokoh Spurlock dalam When In The World is Osama Bin Laden. Hal pertama yang menggelitik adalah harapan Spurlock yang menginginkan dunia tanpa teror. Sangat simpel, Spurlock bercita-cita akan dunia yang aman karena saat itu ia tahu kalau istrinya sedang mengandung, dan ia ingin anaknya kelak lahir, tumbuh, dan besar di dunia yang aman, tanpa kekerasan, tanpa perang, tanpa teror. Hal yang menggelitik kemudian adalah, ide Spurlock untuk menyisir jejak ”Most Dangerous Man” di bumi : Osama Bin Laden... Spurlock berkeliling dunia, menjumpai berbagai agama, suku, budaya, bahasa, adat yang kemudian menyajikan pengalaman unik baginya, sekaligus membentuk simpul yang nyata : semua perbedaan memiliki harapan yang sama akan kedamaian...
Para pelaku aksi teror di Mumbai semakin menciptakan keanehan. Mereka adalah entitas, dan korban mereka juga entitas. Guy fawkes adalah entitas, demikian pula dengan V for Vendetta. Osama Bin laden adalah entitas, juga Spurlock. Tapi entitas – entitas itu tidak akan pernah bertemu, untuk duduk dalam satu meja, lantas bercakap-cakap penuh respek dengan segelas kopi hangat di atas meja tadi. Ternyata memang ada ya yang tidak butuh kesimpulan?? Subhanaallah...
No comments:
Post a Comment