INDONESIA MERDEKA

INDONESIA MERDEKA

Monday, June 30, 2008

Hatta

Konon, ada seorang istri yang harus menyisihkan sebagian dari penghasilan yang diberikan suaminya untuk membeli sebuah mesin jahit. Namun pada suatu ketika, tiba-tiba rencana untuk membeli mesin jahit itu terpaksa harus ditunda, diurungkan. Karena tiba – tiba saja pemerintah hari itu mengeluarkan kebijakan pemotongan nilai rupiah (sanering) dari Rp. 100 menjadi Rp.1. Jadinya, nilai perhitungan tabungan yang sudah dikumpulkan sang istri tidak cukup untuk sang mesin.

Karena sedikit kecewa, sang istri menanyakan kepada suaminya, yang notabene merupakan pejabat tinggi Negara kenapa sang suami tidak memberitahukan akan ada sanering. Dengan kalem dan tenang, sang suami menjawab, “Itu rahasia Negara, jadi tidak boleh diberitahukan, sekalipun kepada keluarga sendiri”.

Sang suami, seorang pemimpin yang langka. Lahir dengan nama (pemberian orang tuanya) Muhammad Athar, pada sebuah Agustus di Bukit Tinggi. Hatta lahir dan besar di keluarga ulama di ranah leluhurnya, Minang. Zaman itu, ia termasuk bocah yang beruntung karena punya kesempatan untuk studi sampai ke MULO di padang. Pada masa belia, ia merantau ke Batavia dan pada masa inilah ia mulai menentukan arah. Ia mulai rajin menulis di Jong Sumatera. Ia mulai meretas kesadaran politiknya, terinspirasi dari Abdoel Moeis, sang idola. Tercatat, ia pernah terjun di Jong Sumatranen Bond, Perhimpunan Indonesia, berkawan dengan seorang nasionalis Hindustan, Jawaharlal Nehru saat bergabung dalam Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di negeri Belanda.

Hatta yang sederhana itu pernah akrab dengan terror. Ia sering ditangkap. Dibuang ke tempat yang asing dan sunyi, Digul, Banda, atau Bangka. Pengasingan sebagai sebuah risiko dari arah yang ia tentukan tadi. Ia berjuang bersama Sukarno, Founding Father negeri ini. Meski dalam perjuangan yang sering dialiri perbedaan persepsi politik dan cara dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Mereka pernah jalan bertentangan, tapi dalam sebuah malam mereka menyadari bahwa mereka harus bersatu demi suatu tugas yang jauh lebih besar daripada yang dapat dilakukan oleh salah seorang dari mereka. Sukarno dan Hatta yang menanam tekad, janji yang jantan untuk berjuang bersama, memimpin Negara, mengusung sebuah revolusi untuk merdeka.

Hatta memimpin dengan penuh sahaja. Dia rela berjalan satu langkah dibelakang, berbicara dengan nada lebih rendah dan sama sekali tidak bermimpi merebut jabatan presiden. Hatta semakin langka, karena ia adalah pemimpin yang mampu menguasai keadaan, banyak berpikir dengan tenang dan dalam, cermat dan bertanggungjawab atas setiap keoutusannya. Hal yang ia sadari, dalam memimpin republic yang masih sangat muda.

Namun, sejarah kemudian menceritakan pada saya. Perjalanan Hatta menemani Sukarno berhenti juga. Klimaks yang muncul ke permukaan karena perbedaan visi dengan Sukarno dan konstelasi politik yang saat itu menghendakinya demikian. Hatta memilih mundur, dan secara terbuka ia tidak sepaham dengan kebijakan politik dan konsepsi demokrasi Terpimpin sang pemimpin besar revolusi.

Ada ikhwal yang menarik perhatian saya perihal kemundurannya. Hatta pernah curhat pada seorang anak angkatnya, Des Alwi Abubakar. “Om Cuma disuruh ngurus koperasi. Segala keputusan politik tidak dikonsultasikan kepada saya. jadi, Om berhenti saja.” Entah itu adalah tragedy atau bukan. tapi setelah itu, Indonesia terpuruk dan rakyat menderita.

Hatta adalah monumen, untuk mengenang kesehajaan seorang politisi. Hatta pasti bahagia, karena ia tidak hidup hari ini (menurut saya). Hatta juga pengingat, dan sekali lagi, ia sosok yang langka

The Glory Belongs To El Nino at The Moment

Joachim Loew diam dan gelisah di sebuah sudut Ernst Happel, Wina. Sesekali ia melongok ke arah jam ditangannya. Memperhatikan waktu. Ia galau, Tim Panser hanya punya sedikitnya 8 menit untuk menyelamatkan diri. Detik-detik lewat, Roberto Rosetti meniup peluit tanda perang usai dan kegalauan itupun berubah menjadi pusaran yang menariknya untuk segera menguasai perasaan yang campur aduk. Loew tertunduk lesu, bersama keresahan Angela Merkel di tribun kehormatan, juga jutaan rakyat seantero bumi manusia.
EuRO 2008 sudah tiba pada ujung. Spanyol menjadi kampium, setelah terapung pada 44 tahun penantian. Luis Aragones membalas tamparan banyak pihak, yang gemar mengkritiknya. Matador-matador itu memenangkan sejarah. Menundukkan Eropa dangen segala keperkasaan.
Malam itu adalah malam yang langka untuk Fernando Torres, 24 tahun. Ia berlari sekencangnya sambil mengukur timing. Ia berpikir, untuk bisa lolos dari duet palang pintu Jerman. Ia sukses, dan hanya membutuhkan ketenangan untuk menaklukkan Jens Lehmann dengan sekali sontekan. Dan ia berhasil lagi, membunuh Lehmann dengan begitu dingin. Torres membukukan gol, satu-satunya dipertandingan itu. Gol yang tak akan sirna dari ingatannya sepanjang masa. Gol yang membenamkan jerman dan membawa spanyol ke tangga juara. Juara Piala Eropa.
El Nino, melengkapi sensasinya musim ini. Meski tanpa gelar, lebih dari 30 gol dalam musim pertamanya di Anfield, cukup untuk menobatkanya sebagai salah satu striker berbahaya saat ini. El nino lahir dengan bakat sebagai mesin gol. Ia cukup lengkap. Gesit, cepat, dan punya naluri tinggi membobol gawang lawan. Sebelumnya ia adalah pujaan publik Vicente Calderon. Ia maskot, jadi kapten tim di usia belia dan inceran klub-klub elite benua biru. Liverpool yang berhasil menciduknya, dengan gelontoran puluhan juta poundsterling. Torres pun hijrah ke lembah Merseyside. Di daratan britania, pesonanya kian menjadi. Ia jadi pemain asing yang dimusim pertamanya mampu mengemas lebih dari 20 gol setelah Ruud van Nistelrooy. El Nino menjelma jadi idola baru The Reds dan andalan sang Rafa Benitez.
Austria - Swiss 2008 jadi ajang pembuktian kiprah internasional El Nino. Ia datang bersama skuad matador, yang dihuni pemain-pemain terbaik di semua lini dengan kualitas yang merata. Secara teknis, sulit mencari kelemahan Spanyol. Namun berulangnya kegagalan negeri itu diberbagai ajang, menumbuhkan konvensi tidak tertulis di kalangan pecinta bola sejagad bahwa secara materi Spanyol memang oke, tapi mereka tidak punya mental juara dan karena itulah mereka gagal. Aragones memimpin tim dengan stigma yang melekat itu. Namun ia tidak gentar. Ia memang keras kepala tapi orang tua itu benar-benar paham apa yang ia butuhkan. Ia tidak memanggil Raul Gonzales, golden boy sepakbola spanyol dan ia pun dicerca karena itu. Tapi demikianlah Aragones, ia melaju mengacuhkan banyak pihak.
Spanyol memulai laga menghadapi Rusia. They did it well, menyuguhkan permainan cantik dan menghujani gawang Igor Akinfeev 4 kali. David Villa mencuri perhatian dengan hattrick-nya (satu-satunya hattrick dalam turnamen ini). Tapi peran El Nino sangat besar, dengan kecepatannya ia memudahkan Villa mencetak gol pertama dan sanggup menarik perhatiaan barisan pertahanan Rusia, sehingga Villa bisa leluasa memberondong amunisinya dengan telak. Melawan Swedia, El Nino mencetak gol pertamanya dan Villa jadi penyelamat di menit akhir. Agresivitas lini tengah Spanyol mulai dilirik. Pers menilai barisan kuartet mereka bermain cemerlang. Xavi Hernandez-Marcos Senna-Andreas Iniesta-David Silva dan sesekali diisi Cesc Fabregas tampil dengan performa memikat dan sangat solid. Kuartet mereka mengingatkan pada kejayaan Michel Platini-Alain Giresse-Jean Tigana-Luis Fernandez mengantarkan Les Blues jadi jawara Euro 1984. Menghadapi juara bertahan Yunani, Spanyol mengistirahatkan hampir sebagian besar pemain intinya. Tapi mereka tetap unggul, dan meraih hasil sempurna di fase penyisihan grup. Ruben de la Red dan Dani Guiza mengirimkan sinyal, bahwa lapis kedua Spanyol juga dahsyat.
Di 8 besar, Azzuri Italia menunggu mereka. Tampil melawan Grendel Cattenacio yang paten, El Nino dan Spanyol kesulitan memberangus gawang Gianluigi Buffon di waktu reguler maupun extra time. Adu Penalti jadi penentuan. Iker Casillas jadi pahlawan dengan membendung usaha Antonio Di Natale dan Danielle de Rossi. El Matador pun melenggang ke Semifinal, kembali jumpa Rusia.
Rusia yang mereka hadapi di Semifinal, bukanlah Rusia yang mereka pecundangi di awal kompetisi. Guus Hiddink berhasil menyulap beruang merah menjadi momok bagi lawan. Yunani dan Swedia berhasil mereka kirim pulang. Belanda yang tampil memukau di grup C mereka bantai dengan sadis. Total Football remuk dihempas badai spartan ciptaan Arshavin dan kawan-kawan. Tapi lagi-lagi Spanyol menunjukkan kesejatian mereka. Lewat permainan yang dinamis dan menggigit, Rusia kembali merasakan pedihnya dihajar habis-habisan. Lini tengah mereka jadi bintang. Spanyol 3, Rusia 0.
Tim langganan Juara Jerman adalah pintu terakhir Spanyol, mengibarkan bendera kemenangan. Bukan lawan mudah, Jerman punya pemain-pemain matang. Jerman punya pengalaman dan jam terbang di turnamen. Dan yang utama Jerman punya sejarah bagus. Wina, cerah hari itu. Spanyol bersiap, meski dengan beban David Villa harus absen karna cedera pergelangan kaki.
Rosetti meniup peluit seperti Krishna menggemakan terompet tanda dimulainya Baratayudha. Jerman dan Spanyol bertarung ketat. Adu pintar. Adu Strategi. Adu fisik. Adu seluruh daya yang tersisa. Semua berjalan imbang, sampai Gol El Nino hadir ditengah-tengah mereka.. Ritme permainan semakin meningkat. Jerman harus mengejar dan Spanyo tidak mau dikejar, bahkan ingin jauh biar tak terkejar. Saling ngotot, saling sikut, saling tabrak, saling hantam. Lehmann dan Casillas harus jatuh bangun berjibaku. Charles Puyol dan Christoph Metzelder bertahan sekuatnya. Pelipis Mickael Ballack sampai berdarah. Entah berapa kaki yang lebam karena benturan keras.
Rosetti meniup peluit akhir. Spanyol menjelang sejarah baru.. Sorang komentator tivi berujar tentang esensi sepakbola, kemenangan spanyol adalah kemenangan sepakbola. Tim terbaiklah yang memenangkan kejuaraan. Joachim Loew memimpin senyum pahit anak asuhnya menerima medali dari Michel Platini. Dan Iker Casillas mengangkat trophy Henry Delauney tinggi - tinggi.. Tanda kejayaan. Tanda kebesaran. Tanda kemenangan. Tak Hanya Casillas dan skuad mattador lain yang tertawa keras. Tapi disitu juga ada sukacita Aragones, Raja Juan dan Pangeran Felipe, serta penantian panjang rakyat spanyol.
El Nino pantas tidak bisa tidur malam itu. Ia pasti gila karena bahagia.

Billie Jean vs Eleanor Rigby

Perhelatan American Idol 2008 musim ketujuh sudah usai sejak beberapa bulan lalu. Secara keseluruhan, saya menikmati kompetisi tahun ini. Menjagokan David Cook sejak awal, excited dengan karakter para kontestan yang colourful, persaingan yang ketat, sampai kejutan-kejutan yang pernah terjadi.
Setiap tahun saya kerap menyediakan perhatian untuk American Idol. Saya penggemar acara ini. Bukan cuma sekedar American idol dalam arti an sich, tapi seperti yang Dave Grohl pernah bilang "American idol bagaikan sebuah institusi".
Masih dengan kemasan yang sama. Ryan Seacrest masih disana. Trio Simon Cowell, Paula Abdul dan Randy Jackson masih setia menyusuri tanah amerika, menyaring ratusan talenta-talenta super, memilih 12 pria dan 12 wanita terbaik (ini pekerjaan yang sangat sulit) dan mendampingi kontestan sejak workshop sampai grand final.
Amerika tak pernah kehabisan bakat. Sejak di babak eliminasi saja, sudah ada sajian olah vokal yang keren. Dan 24 besar itu pastilah yang terhebat (para juri pasti tidak salah pilih).
Diantara top 6 kontestan perempuan, cuma Brooke White dan Carly Smithson yang rada nyangkut. Brooke elegan dengan musikalitasnya. Menggiring Every Breath You Take dan let it be dengan piano hammond atau Jolene dengan gitar akustik ke nuansa yang feminin. Carly, perempuan Irlandia dengan suara bertenaga yang sempat saya prediksi bisa ada di 5 besar. Ia punya aura seperti saya melihat Kelly Clarkson dulu. Belakangan menyusul Syesha Mercado yang punya kemajuan besar. Pada awal kompetisi, Syesha kelihatan biasa saja. Tapi dia punya determinasi untuk berkembang.Dan posisi 3 besar adalah buah kerja kerasnya.Ia punya stage act bagus, mungkin karna pengalamannya sebagai seorang aktris. Amanda Overmayr, Ramielle Mallubay dan Kristy Lee Cook punya vokal yang bisa diandalkan, tapi belum memukau saya.
Tahun ini prediksi awal saya ialah tahunnya kontestan pria. Gila, vokal setiap kontestan beda-beda dan kuat! Saya masih inget, Colton Berry dan Gareth Haley yang melodius harus tersisih di Workshop I. Jason Eager dan Rocker Robbie Carricco tersisih di workshop II. Danny Norriega dan Luke Menard juga gagal menembus Top 12. Padahal saya sempet jagoin Luke masuk, dia pernah bawain Killer Queen bagus sekali.
David Hernandez kontestan yang pertama kali vote off di 12 besar. Suaranya sangat groovy. Mungkin hanya karena kurang dukungan. Sebenernya kalau dia diberi kesempatan dibabak selanjutnya, dia bisa berbuat banyak. Chikezee juga bagus, dia pernah memainkan she's a woman dengan warna soul-nya, tapi dia juga harus pulang. Selanjutnya adalah kejutan terbesar tahun ini, Michael Johns. Saya sempat shock, ketika dia begitu cepat terdepak. Pada awal, saya pernah punya mimpi untuk menyaksikan Johns berduel dengan David Cook di Final. Pasti bakal seru. Bukan apa, Johns penyanyi yang punya karakter kuat, dia pernah memukau (rockin') saat me-medley we will rock you dan we are the champions. Pernah nge-blues banget di It's all wrong but its's all right. Dan menyanyikan Across The Universe dengan sangat maskulin.
Jason Castro, dia disukai karna pembawaanya yang charming. Timbre vokalnya khas, dan bening. Ia yang paling sering menyanyikan lagu-lagu kesukaan saya. If I Feel, Memory, Fragile sampai I Shoot The Sheriff. Semuanya oke, tapi mungkin itu belum cukup untuk bersaing di level 4 besar American Idol. David Archuleta, sang rising star. Dia pernah mengejutkan saya saat menggubah Imagine di babak Workshop. Selanjutnya, dia terus melaju. Sama seperti Syesha, progres bocah 17 tahun ini sangat luar biasa. Dia penyanyi pop yang sangat alami dan Amerika menyukainya.
Yang terakhir adalah sang jawara David Roland Cook. Penampilannya di dua babak workshop awal belum terlalu outstanding buat saya. Baru setelah membuat aransemen orisinil yang dahsyat pada lagu Hello (Lagu pop ekstrim Lionel Ritchie), saya memulai prediksi bahwa dia-lah next american idol. Cook berhasil memodifikasi lagu dengan cara yang benar-benar diluar dugaan. Dia mengambil versi Dexology untuk Eleanorr Rigby (The Beatles) dan versi Chriss Cornell untuk Billie Jean (Michael jackson). Usaha ini yang paling berkesan, sangat merevolusi lagu aslinya. Ekstrim. Dia benar-benar menguji musikalitasnya sepanjang kompetisi, dia bernyanyi dengan Gibson Les paul left hand-nya di lagu All Right Night, Day Tripper, I'm Alive (Lagu klasik Neil Diamond, namun ditangan Cook lagu itu seperti baru dirilis tahun ini), Baba O' Riley,dan Dare you to move. Pun saat menenteng Gitar akustiknya pada nomor Little Sparrow atau The World I Know.
Orisinalitas aransemen juga melekat kuat di penampilannya saat bawain Always be my baby, First Time I ever saw your face juga I dont want to miss a thing. Dan Music of the night yang opera, jadi macho banget. Cook luar biasa.
Saya akan selalu menyediakan waktu untuk American idol.

Saturday, June 28, 2008

Juni Hampir Akhir

Fitri Nganti Wani sudah beranjak ramaja tahun ini, dan Fajar Merah pasti sudah bisa membaca dan menulis dengan baik. Setahun yang lalu, aku menyaksikan Fitri membaca sebuah sajak di Kick Andy. Sajak rindu yang diliputi kesamaran.Sajak yang miris memanggil-manggil sebuah nama untuk pulang. Dalam malam - malam yang hening itu Mbok sipon pasti menahan tangis dihatinya. Dalam-dalam. Menyaksikan kedua anaknya tumbuh bersama kedukaan. Duka yang terikat pada sebuah nama, yang makin jauh mengabur dan semakin tak pernah pulang.
Tidak ada yang tahu Thukul dimana. Ada yang bilang Thukul disembunyikan kelompok yang bersimpati padanya. Ada yang bilang Thukul melarikan diri ke luar negeri. Ada juga yang bilang Thukul masih hidup, dan hanya Mbok Sipon yang tahu keberadaannya. Tapi semua teori itu mentah, karena semua justru terus mempertanyakan nasib Thukul. Ada juga yang beranggapan, Thukul berinisiatif sendiri untuk tidak menampakkan diri sampai saat yang ia anggap tepat. Tapi disaat rezim itu sudah tumbang, dan keterbukaan yang selama ini jadi cita-cita suara Thukul sejak lama telah lahir, Thukul tak juga tak pulang.
Aku secara pribadi, lebih setuju pada sebuah hipotesis politis. Sebab sepanjang sejarah perjuangan politiknya, Thukul tak pernah lelah menentang Soeharto dan kekuatan Militernya. Ia juga pernah aktif di PRD, partai kiri yang selalu di "musuhi" pemerintah dan militer. Thukul diculik dan dilenyapkan secara paksa dalam sebuah operasi militer. Ia (di)hilang(kan) sama seperti aktivis-aktivis lain pada masa itu, yang sampai saat ini mereka tak pernah kembali!
Thukul telah menjalani proses sebagai manusia. Seperti yang pernah ia sebut, ia adalah bunga tak dikehendaki tumbuh. Ia dilahirkan ditengah masyarakat yang dimarjinalkan keberadaannya, benar juga kecuali dalam angka statistik dan bahan kampanye. Sejak lahir ia telah akrab dengan ketiadaan, kemiskinan, bau-bau busuk dari got pembuangan pabrik dan ketidakadilan pembangunan. Ia hafal dengan itu semua dan pada puisilah ia meledakkan ide-idenya. Baginya, tidak ada jarak antara puisi dan kenyataan hidup. Dengan puisi ia mengekspresikan aspirasi yang paling dekat dengan keadaan sekitarnya. Dengan puisi ia peduli terhadap persoalan yang tak pernah didengar. Dengan puisi ia menyuarakan protes kaum buruh pada majikan, juga perlawanan rakyat kecil pada penguasa. Perlawanan melawan keterbatasan dengan mengenalkan pada keindahaan yang bisa berada dimana saja dan melampaui batas-batas kelas.
22 Juli Tahun 1996, saat itulah terakhir kali Thukul tampil didepan umum, karena tak lama kemudian ia menghilang. Pada hari itu ia menyampaikan "Peringatan" yang sangat menggugah itu. Setelah Kudatuli meletus, semua jadi tidak bersahabat bagi Thukul. organisasinya di jadikan kambing hitam kerusuhan, dan ia sendiri dinyatakan oleh rezim waktu itu sebagai buronan. Dan cerita kelam itupun tumbuh pelan-pelan. Thukul pergi dan tak kembali.
Sekarang sudah 1 dekade berlalu. Sepanjang itu pula perasaan gelisah itu setia menggantung di alam bawah sadar Mbok Sipon. Tapi perempuan itu selalu terlihat tenang dan sabar. Entahlah, karena antara kekuatan menahan, pasrah, putus asa kadang mau tidak mau harus dikalahkan. Sepanjang itu ia ditangisi kedua anaknya sambil menanyakan kenapa bapak gak pernah pulang. Keluarga yang malang.
Seorang rekan Thukul, yang pernah bertemu Fitri Nganti Wani menuturkan, "Tatapan matanya membuat saya tidak tahan. Kerinduan, harapan, kepedihan dan kemarahan berpijar dari sepasang mata anak muda itu". Perasaan campur aduk itu selamanya akan selalu hidup di hati Fitri, juga Fajar adiknya.
Keluarga itu harus jadi korban sejarah. Kehilangan masa depan bersama. Tapi diantara beban itu, Mbok Sipon tak pernah kalah oleh waktu. Ia tegar membesarkan kedua anaknya sebagai sebuah takdir yang lambat laun harus dimaklumi. Meski selamanya akan tersa pilu dan muram, saat nama Thukul diperdengarkan padanya.

No Coffee for Tonite

Ada suara jangkerik, mengendap pelan - pelan di teras rumah.
Mengerik semaunya. kadang mayor, kadang minor, kadang tak bernada. Ayah duduk di sebuah kursi ditemani mama.
Membicarakan kesunyian bersama - sama. Kerinduan bersama-sama. Dan perjalanan nanti bersama-sama.
Diteras itu aku pernah tumbuh. Tidak cuma bersama jangkerik, tapi juga kunang-kunang dan nyamuk.
Diteras itu aku belajar membaca, berhitung dan mengaji.
Diteras itu aku menendang bola (sampai memecahkan kaca), bermain kelereng, berkelahi dengan teman-teman.
Diteras itu aku merengek - rengek demi uang jajan dan diteras itu aku pernah jatuh pingsan karena sakit.
Diteras itu aku mencoba menulis puisi dan disana pula aku mulai bermain gitar.
Diteras itu aku mulai mengenal Tan Malaka dan disana pula aku memperhatikan Morisson, Hendrikx juga Bono.
Diteras itu aku mulai mengenal kecantikan peempuan, dan disana pula aku mulai belajar gombal.
Diteras itu aku mendengarkan cerita, dan disana pula aku mulai memperhatikan cara menanam anggrek.
Diteras itu aku mulai menggendong ponakan dan membiarkan dia kencing di bajuku.
Di teras itu pula aku bermain petak umpet dengannya sambil menyuapi makan malam yang telah disediakan untuknya.
Diteras itu pula ayah dan mama menangis, karna di teras itu pula kakakku mengikat janji suci.
Diteras itu aku sering pergi, mengucapkan selamat tinggal.
Diteras itu Papa dan mama menungguku.
Diteras itupun aku akan datang, esok...

Menikmati Euro dari Balik Selimut

Selalu ada paksaan yang paling barbar, untuk memberi perhatian pada tayangan sepakbola. Hampir 20 hari berlalu, sebagian atensi menunggu didepan tivi, lewat siaran live, hi-lite atau berita olahraga. Aku tidak cukup demam, tapi aku melemah.
Aku mencintai sepakbola. hampir disepanjang hidup. Ini warisan papa. warisan yang sangat adil dan membekas. USA 94, England 96, France 98, Belgium-Netherland 00, Korea-Japan 02, Portugal 04, Germany 06 sampai hari ini Austria-Swiss 08. Semua tak lepas dari jauh pengamatanku. Aku menikmatinya.
Setiap perhelatan punya cerita. Aku masih sanggup mengingatnya, aku yakin sekali. Tantang saja aku berdiskusi tentang semua itu, aku akan melayani dengan jiwa yang paling cerah.
Aku tidak ingin bicara tentang Prancis tahun ini. Karena sudah gagal, dan uangku melayang demi gengsi.
Aku ingin mengusik prediksi yang kebolak-balik. atau bercanda dengan kejutankejutan.

Semua sudah berjalan. gugur satu persatu. siapa yang bisa menghitung butiran airmata tumpah karena victory jauh dari genggaman? Karel Bruckner pantas kecewa dan aku mengerti kenapa Petr Cech menangis. Swiss sedikit bisa tersenyum karena punya satu kemenangan yang terlambat. Leo Benhakker mungkin akan kehilangan pekerjaan. Rakyat Austria
harus memendam harapan lebih tinggi. Prancis tak pernah bisa berjalan tanpa Zidane. Duet
Adrian Mutu dan Christian Chivu belum bisa meloloskan Rumania. Ibrahimovic senang karena bisa membuat 2 gol setelah sekian tahun, tapi Swedia harus pulang. Dan Yunani telah benar-benar dijauhi dewi fortuna, tidak seperti 4 tahun silam.
Cristiano Ronaldo sangat berhasil di sepanjang EPL dan Liga Champion kemarin. Tapi kali ini, dia hanya mencetak satu gol dan Scolari pun menutup karir di Portugal dengan pencapaian yang segitu saja. Padahal portugal datang dengan menebar ketakutan. Tapi itu tak cukup taji untuk menikam staying power Jerman. Ya, Michael Ballack kembali jadi sosok sentral itu. Jerman, telah kembali.. Turki lagi lagi berkibar karena teranugerah untuk terbang. Keajaiban itu menyayangi mereka, dan enggan pergi.. 3 kali hampir mengakhiri pertarungan dengan kekalahan, 3 kali pula mereka selamat dan jutaan rakyat Turki menangis gembira. Kroasia sangat menghibur dan Slaven Bilic benar, butuh banyak waktu untuk melupakan kesedihan ini. Belanda menjadi umpatan banyak petaruh, karena superioritas mereka sepanjang turnamen, rontok memalukan. Hiddink memang hebat, dan Rusia akan terus mencintai dia. Ada yang bilang ini penampilan buruk Italia, dua gol dari bola mati memang sangat ironis bagi sang juara dunia. Dan bagi Spanyol, ini saat terbaik untuk mematahkan keraguan sejagad karena mereka punya seniman-seniman terbaik hari ini.
Ada empat martir yang menarik perhatian saya.
Guus Hiddink. Siapa pun tahu, Negaranya bisa dibawa jadi Semifinalis Piala Dunia 10 tahun lalu. Kalau tahun ini, dia menilai dirinya sendiri sebagai pengkhianat terbesar dia tak perlu kuatir. Rakyat di negeri kincir itu harusnya bangga punya tokoh sepakbola yang dicintai banyak bangsa. Korea selatan tak akan pernah melupakan dia, dan gelar Honoris Causa itu hanya sedikit dari penghargaan itu. Dan kini, dia menghentak kremlin. aku berpikir, kalau nikita Kruschev masih hidup apa ya yang akan diberikan untuk sang meneer?? a built in remedy for Kruschev and Hiddink?? Hiddink punya energi untuk menyuntikkan semangat berjihad yang luar biasa. Entah apa yang dikatakannya pada laskar Taeguk yang tak pernah berhenti berlari di sepanjang laga 6 tahun lalu. Atau entah pula apa yang dibisikkannya pada Arshavin dan beruang-beruang merah itu menghabisi saudara sebangsanya sendiri.
Fatih Terim. Sang legenda dibumi Attaturk. 12 Tahun lalu ia mulai memimpin Truki menyerang eropa, meski gagal total tapi sejak itulah benih benih kekuatan masa depan Turki mulai tumbuh. Dan tahun ini ia datang lagi. Memang Turki seolah jadi kubu yang selalu beruntung. Tapi keberuntungan itu takkan muncul tanpa semangat juang yang mati-matian.. mereka hanya punya 5 menit untuk tidak mengecewakan tanah air. Dan Nihat Kahveci pun muncul sebagai juru selamat. Nihat hanya peluru, dan terimlah penembakknya.
Andrei Arshavin. Anak muda ini tak menyiakan kesempatan terakhir. ia hanya jadi penonton saat negaranya di hantam telak oleh Spanyol dan bermain buruk melawan laskar olympus. ia hanya punya kans saat menjumpai swedia. dan ia hadir untuk tidak jadi pecundang. ia bergerak dengan atau tanpa bola. melepas umpan, lalu membunuh harapan skandinavian. melawan nama besar total football ia tidak gentar. saat belanda mungkin memandangnya sebelah mata, ia mengambil inisiatif menekan. dan ia berhasil...
Terakhir Mickhael Ballack... atlet yang gagah dan kuat. ia menangis saat john terry gagal menghukum Cristiano ronaldo. tapi sekarang ia sanggup berjalan tegak. Ia memimpin dengan bakat naturalnya. Ia mencetak gol dengan tendangan terbaiknya dan kekuatan fisiknya. Aku yakin ia akan mengambil kesempatan ini. kesempatan kedua tidak selalu bisa jatuh bebas.
Dari balik selimut ini, aku mencatat mereka.. untuk diskusi dimasa-masa mendatang. saat aku jadi tua, aku akan terus mengingat mereka. Masih dari balik selimut ini, aku menahan kantuk. Serba salah memang. tapi 2 tahun lagi masih sangat lama.

Dalam 5 menit

Dalam 5 menit

+ "Semalam aku bermimpi, aku bertemu kamu. Kita kembali ke masa anak-anak dulu. Aku membelikanmu cokelat di Toko Queen
- "So, sweet"
+ "Aku juga membelikanmu sepasang cincin plastik. Itu cincin pertunangan kita"
- "Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?"
+ "Aku terbangun"

Begitulah kurang lebih isinya. Maaf kalo tidak persis. Itu cuplikan dialog di sebuah film seri yang aku tonton beberapa hari kemarin.
Tanpa harus berakting seperti para pelakon di hollywood, kiranya itu bisa saja terjadi. Memimpikan hidup yang berlalu mulus seperti di cerita-cerita happy ending. Seperti cerita-cerita dongeng, novel-novel laris, film-film remaja. Semua manusia bisa melakukannya. Lalu saat mimpi itu menjulang sampai ke puncak bahagia, saat itu pula manusia terbangun. Mimpi indah buyar. Apa yang dia lakukan??
Aku akan kembali tertidur. Aku ingin mimpi lagi. sebebas-bebasnya. sebuas-buasnya. Mimpi
kan gratis. Jangan protes kalo aku bisa semonumental Kennedy, bisa selegendaris John lennon, punya uang sebanyak bill gates, bisa jadi anak presiden, bisa punya pacar Dian Sastro.
Aku akan bangun, dan membiarkan mimpi itu. Tidak pernah terjadi apa-apa. Aku bahagia, itu
kan cuma dimimpi. Hidup nyataku ya seperti ini. Tidak kurang, tidak lebih. Ngapain jadi sentimentil karna mimpi. Hidup kan gak semuanya harus dibangun dengan mimpi.
Aku akan bangun, dan mengejar mimpi itu. Ya, mungkin saja mimpi itu simbol. Pembawa pesan dari masa depan, agar aku bersiap. Mimpi itu akan terjadi. Mimpi itu akan menjelang di pagi hari. Maka jangan diam saja. Apa yang bisa dilakukan, lakukanlah. Katanya mimpi punya kekuatan. Katanya mimpi bisa mendorong seseorang jadi penantang kenihilan dan sebagainya dan sebagainya.

+ "Semalam aku bermimpi dia datang, mengantarkan undangan pernikahah kalian"
- (diam)
+ "dia memintaku untuk datang, katanya aku harus datang. lalu aku bertanya kepadanya kenapa aku harus datang. dan dia mengatakan sesuatu"
- "Apa katanya?"
+ "Aku harus datang agar aku bisa menyaksikan sesuatu yang tak bisa aku miliki terjadi"

Kalau yang ini imajinasiku.tapi, siapa ya yang mau bermimpi seperti itu?

The Man Does Not Die With The Name*)

"Sebagai bunga yang sedang hendak mekar, digugurkan angin yang keras"

Aku takjub saat pertama membaca tulisan itu. mungkin dengan kegemparan yang sama dengan Milly Ratulangi dan anak-anak muda zaman itu, hampir 60 tahun yang lalu. Saat itu Milly masih gadis. ia tinggal di Jakarta. Sebuah kalimat dari sepucuk surat yang dikirim oleh Woce, untuknya. Aku tak tahu apa hubungan mereka. Tapi mungkin Milly adalah orang yang spesial bagi Woce.
Woce, masih sangat muda waktu itu. umurnya baru 24 tahun, sama denganku tahun depan. Umur 21 ia telah meninggalkan sekolahnya, persis di bulan Juli tahun 1946. Ia memutuskan menghilang. meninggalkan keluarganya, meninggalkan sukacita masa muda yang masih mungkin dihisapnya. Tidak ada yang tau Woce dimana. Apakah dia masih hidup atau mati muda. Rakyat disana saling menyebar berita dalam bisik-bisik, bahwa Woce masih hidup dan ikut bergabung dalam pasukan pejuang kemerdekaan di pedalaman Sulawesi Selatan.
Woce berjuang memanggul senjata, untuk sebuah perjuangan yang paling mungkin saat itu. Melewati gelap yang dingin, atau terang yang panas. Tiada makanan layak, pakaian yang cukup, juga kesempatan untuk tidur nyenyak. Woce memilih bertarung. Karena baginya tidak ada pilihan lain. Ia memilih ini karena cinta. Cinta pada Ibu Pertiwi yang masih bayi dan setia yang sampai akhir dalam keyakinan.
Woce terus bertarung. suatu hari ia terluka. Ia masih tetap berjuang. Lalu ia ditangkap, ia tidak menyerah. Ia melarikan diri dan berperang lagi. Woce membawa dirinya untuk bertahan dalam peperangan itu, dan ia menjelma menjadi seorang pemimpin gerilya yang di takuti Belanda. Tapi
malang , ia tertangkap lagi. Ia pun di jatuhi hukuman mati, untuk manusia semuda dia.
Tapi Woce tidak pernah takut pada kematian. Ia masih punya kesempatan hidup Andai saja ia mau mengajukan Grasi dan meminta maaf pada pemerintah kolonial. Tapi disebuah persidangan Woce menolaknya. Konon, papanya pun meminta Woce untuk minta ampun saja, agar Woce tidak dihukum mati. Tapi sekali lagi, Woce kembali menolak. Ia sadar akan kesedihan papanya, keluarganya dan mungkin juga kepedihan Milly. Tapi Woce tetap setia pada keyakinannya dan sudah lama menerima apa yang datang bersama zamannya.
Empat hari menjelang eksekusi, Woce menulis sepucuk surat untuk Milly di jakarta . Sepucuk
surat yang sangat ingin aku baca. surat yang menyimpan kata-kata terakhir Woce dihidupnya. Sesuatu yang pasti akan sangat menggetarkan, melewati zaman-zaman sesudahnya.
Woce tengah berdoa dimalam terakhirnya. Ia masih bisa berdoa dengan tenang. Entah apa yang dimintanya pada Tuhan, aku ingin sekali tahu.
5 September 1949, Woce dieksekusi. Ada yang mencatat beberapa menit sebelum dieksekusi, Woce memberi maaf pada regu serdadu yang bertugas menghabisi nyawanya. Woce mati untuk Republik yang masih muda. Untuk harapan yang masih belum memiliki kebimbangan.
Seperti kalimat diatas, woce adalah bunga yang sedang hendak mekar, dan terpaan angin yang keras itu menggugurkannya. Tapi angin keras itu akan membuatnya untuk dikenang.
Jika tidak ada yang mau mengingatnya, Biar saya sendiri yang melakukannya


*) terinspirasi dari Monginsidi, Chairil dan Kartini – GM

Ban Yang Terbakar

Selasa (24/6) kemarin, saya melintas pelan di Jalan Gatot Subroto (saya dari arah SLipi). Siang itu suasana di sana sangat tidak menyenangkan. Macet.. Saat tepat melintas di seberang gedung MPR/DPR, ada pemandangan yang saya yakin, itulah penyebab kemacetan luar biasa ini.. Ada Polisi (saya liat dari seragamnya). Ada mahasiswa (saya liat jaket almamaternya). Ada
orang-orang lain entah dari mana, asik dengan sebuah keramaian. Perasaan saya gak enak.. pasti ada ketidaknyamanan.
Benar saja, gak jauh didepan saya .. banyak ban-ban terbakar yang menggeletak tak bertuan di jalanan umum. Asapnya bikin sesak, kasian anak kecil yang dipangku ibunya persis dibelakang saya. D**n, ini dia yang bikin macet.. Gak jauh dari situ, untung ada beberapa orang yang kelelahan berusaha menyingkirkan benda-benda sialan itu ke pinggir jalan (trima kasih ya pak, itu sangat membantu). setelah 10 menit saya turun sebelum jembatan semanggi. Persis depan Kampus Atmajaya.. Sial, tambah macet.. banyak benda-benda terbakar menutup sebagian besar jalan disitu.. entah itu dijalur cepat, atau di bahu jalan.. saya lihat, beberapa orang (entah dia siapa), dengan begitu gantengnya bakar-bakaran di jalan seperti sirkus dan orang-orang kantor (yang gak bisa pulang karena tidak ada bis kota yang beroperasi) menjadikan itu sebagai sebuah tontonan gratis.... Jalanan itu lumpuh.
Ratusan motor berjalan merayap. puluhan mobil berdesakan menunggu tanpa kepastian.. belasan busway berdiam kaku, juga tanpa tau kapan bisa bergerak lagi.. Saya terjepit diantara orang-orang malang itu..
Untunglah, saya masih bisa sampai rumah. meski dengan kelelahan yang cukup.
Acara TV berita sore, ternyata yang saya alami siang itu ada kaitannya dengan headline berita.
Ada demo, masih dengan isu yang sama. Tuntunan yang saya tangkap, Penolakan kenaikan harga BBM dan juga Pengusutuan Tuntas atas tindakan represif di Kampus UNAS yang memakan korban jiwa.
Saya pribadi, keberatan dengan kenaikan harga BBM. Lalu soal mahsiswa UNAS vs Polisi, saya prihatin kalo memang korban itu tewas karena tindakan represif aparat, dan menuntut kebenaran yang seadil-adilnya. Saya mendukung usaha aksi itu, dengan syarat. semua harus elegan dan damai.
Tapi sore itu dari yang saya alami, dan kemudian saya lihat ditivi.. kenapa aksi yang harusnya murni itu kenapa jadi berubah bentuk?? kenapa harus ada pembakaran?? kenapa harus merusak?? kenapa harus mengganggu kenyamanan umum??
Saya hanya menyayangkan karena, sederhana saja bisa jadi masyarakat yang terganggu kemudian jadi tidak simpatik pada usaha aksi itu..

Tentang Efek Rumah Kaca

Ada yang ingin saya bagi.. karena ini adalah kepuasan yang menggembirakan… tentang kesegaran.. tentang musik bagus… tentang hasrat untuk setia mendengar..
Adalah Efek Rumah Kaca (ERK),… yang membuat saya kembali jatuh cinta…
Pernah dengar tentang manusia-manusia ini??
Pastilah asing yang melekat di gelengan kepala kita… segera
Mereka hanya orang biasa… sederhana, tidak tampan dan mungkin itulah mereka.. Saya hanya melihat mereka beberapa kali, di sebuah edisi Rolling stone atau di sebuah cuplikan mungil liputan tentang sebuah acara dikantor Kontras (Saya gak tau itu diacara itu yang tampil benar benar ERK atau bukan, tapi seyakin saya itu Cholil dengan gitarnya, dan mereka pasti menyanyikan Di Udara).
10 Tahun lalu saya mulai mendengarkan Urban Hymne – The Verve.. atau OK Computer – Radiohead. Saya menemukan sebuah sensasi kanak-kanak.. Bukan sekedar musik, tapi ada rangsangan mendasar bagi saya untuk membuka ruang bagi kesempatan mendengar musik yang lain..
Tahun ini saya Bosan,.. Di Indonesia, banyak sekali terdengar single-singel anyar musisi tanah air setiap harinya. Di radio ataupun dilapak-lapak penjualan CD MP3. Invasi dari band-band baru dan usaha eksistensi band-band lama menjual lagu baru luar biasa sekali.. Banyak lagu di banyak kesempatan. Banyak karya membumbung,
tapi maaf.. tidak ada yang membuat saya gila.. bahkan (maaf) mungkin karena terlalu banyak itu, saya jadi jengah… terhadap musiknya.. terhadap lirik-liriknya… Cepat cepat tangkap, lalu cepat juga dilupakan..
Hingga sektar dua bulan yang lalu. Saya iseng buka folder temen di server kantor.. isinya lagu-lagu ERK ( Maaf Bos, kita berkenalan lewat produk bajakan)..

CINTA MELULU
Saya suka intronya dengan gitar dan shouting vocal yang rally dari awal.. lalu Liriknya, Ya Tuhan Yang Maha Teliti,.. lirik segar yang saya dengar.. Yang berani untuk tidak popular. Yang tidak takut untuk dianggap ideal.. “Atas nama pasar semuanya begitu Banal” atau “Apa memang karna kuping melayu, suka mendayu-dayu”. Sebuah pelajaran tentang sebuah kata baru buat saya, “Banal”. Pelajaran juga buat teman kantor saya yang juga punya perhatian pada kata gak familiar itu..

JATUH CINTA ITU BIASA SAJA
“jika jatuh cinta itu buta, berdua kita akan tersesat. Saling mencari didalam gelap. Kedua mata kita gelap. Lalu hati kita gelap” Lagunya memaknai jangan terlalu liar saat jatuh cinta. Mungkin karna (sebenernya) gak ada yang harus diagungkan saat jatuh cinta.. Musiknya itu yang maut,.. simple.. tapi enak didengarkan disaat tenang.

BUKAN LAWAN JENIS
Sesuatu yang terlarang bagi sebagian besar masyarakat timur. Lagu ini hanya menceritakan sebagian dari itu. Sempitnya, hubungan cinta anak manusia. Buat saya ini keanehan yang kocak (dalam arti sebenarnya). Idenya orisinil, “aku takut kamu suka pada diriku, karena aku memang bukan lawan jenismu”

JALANG
Mungkin ini ungkapan lain ERK terhadap sebuah politik. Tapi buat saya ini bukan lagu politik. Saat pertama denger, saya langsung melarikan asumsi ke Penolakan terhadap RUU Anti Pornografi dan sejenisnya. Saya sepakat, Kenapa harus takut dibilang jalang?

BELANJA TERUS SAMPAI MATI
Dari judulnya saja sudah sangat menggelitik. Tapi memang begitulah. Saya sendiri sudah gagal untuk tidak menjadi korban kegansan peliknya kehidupan urban. ERK sukses mengkritik saya.

DESEMBER
Ini lagu yang pertama coba saya kulik gitarnya.. Aransemennya terasa sangat jernih dan nge-blend dengan liriknya. Andai saja saya mendengar lagu itu 4 tahun lebih awal. Karena “Aku suka sehabis hujan di Bulan Desember” relevan buat tahun-tahun itu. Kalian masih ingatkan santunnya hujan di Lereng Baturraden?? Di Jakarta, Hujan bikin sengsara banyak orang.

INSOMNIA
Dua jempol, karena secara keseluruhan bisa ngebawa atmosfer rasanya susah tidur. Saat obat tidur dosis rendah udah gak ngefek dan yang dosis tinggi harus dihindari. Gimana caranya bisa tidur, tanpa harus merasa gersang dan kelenjar air mata yang terkuras habis. Saya suka pukulan drummernya di lagu ini. Dan Cara nyanyi vokalisnya di refrain terakhir.. sedikit ngingetin sama Nice dream-nya Radiohead…

DI UDARA
Lagu ini yang meyakinkan saya tentang betapa kayanya tema yang dibawa ERK. Cukup untuk memotret sesuatu yang gak dilirik label dan pasar musik.. Katanya Lagu itu bisa diapresiasi untuk mengenang Alm. Munir (“Aku bisa diracun diudara”). Untuk anak-anak bangsa yang tewas/hilang ditangan bangsanya sendiri, lagu ini adalah suara penghormatan yang diwakili oleh ERK. Musik lagu ini sebenernya sangat anthemic dan punya power. Cuman jadi Lirih rasanya saat saya mendengar lagu ini sambil baca lagi sebuah catatan pinggir GM, “Jakarta,10 November 2004 – Sepucuk surat untuk Sultan Alief Allende dan Diva Suki Larasati, yang ditinggal ayah mereka”. Harap diingat juga, saya kira ERK juga tidak sedang berpolitik.

MELANKOLIA
Musiknya dingin, pilihan teknik falset di awal nyanyian, buat saya, jitu. Kesannya jadi bisa mendefinisikan rasa melankolis.. Hebat-lah.. Semua orang pasti pernah melankolik. Yang ini juga unik, karena sebenernya kayaknya gak penting banget ngedesain gambaran perasaan melankolik. “Nikmatilah saja keindahan ini, segala denyutnya yang merobek sepi, kelesuan ini jangan lekas pergi, Aku menyelami sampai lelah hati". Atau “Murung ini sungguh indah, melambatkan butir darah”, Emang lu pernah nikmatin bete?? Aneh kan, tapi ada !!

DEBU-DEBU BERTERBANGAN
Seperti sajak Do’a buat Chairil Anwar, ERK coba bikin sketsa dari sudut yang sama. Ini bukan lagu religius, tapi dengan tingkat kedalaman pemahaman yang ada dari setiap orang. Semoga saja bisa sama dengan saya. Yaitu untuk ingat pada sebuah hari akhir. Kitab suci Agama saya pernah menjelaskan (kalo saya tidak salah) “pada hari itu semua manusia dan alam semesta seperti anai-anai yang berterbangan”. Mungkin ERK juga setuju dengan itu, “Pada saatnya nanti, tak bisa bersembunyi … Pada siapa mohon perlindungan.. Debu-debu berterbangan..”

SEBELAH MATA
Konon katanya lagu ini adalah pengalaman emosional sang bassis.. Yang lari gak Cuma di lagu dan lirik.. bas line beliau-pun terasa sejuk… Kalo yang buat lagu ini nenek saya, maka lagu ini akan jadi KEDUA MATA.. 7 tahun ini, kedua matanya gak bisa melihat total dan hanya mengandalkan cahaya,itu juga Cuma setitik yang tertangkap. Sama, karena diabetes juga.. ternyata begitu ya rasanya.. kalo sang basis “Sebelah mataku yang lain menyadari gelap adalah teman setia dari waktu waktu yang hilang”. lalu siapa yang menyadari kesepian nenek saya diwaktu-waktunya yang hilang??

EFEK RUMAH KACA
Lagu ini bisa jadi alat kampanye buat yang punya perhatian buat lingkungan. Rhythm yang dibangun mereka bertiga sesuai dengan semangatnya..Saya suka teriakan Cholil di akhir lagu, ingin rasanya saya ikutan berteriak.. “Kita akan terbakar!!”

Gak pernah ada pUblikasi yang menggelegar di tivi-tivi, radio, atau media lain seperti yang dialami atau bahkan di pesan band-band baru di rumah industri musik domestic.. Tapi saya tau, ERK tak terlalu menginginkan itu.. Tanpa pemberitaan dan kilatan blitz kamera ERK sudah menjadi besar karena kesederhanaan itu, di mata saya…
Saya tidak merasa berlebihan kalo ERK memberikan sensasi yang sama dengan OK Computer 10 tahun lalu..
Saya setuju dengan teman saya.

Bunga dan Tembok

BUNGA DAN TEMBOK


seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kau kehendaki tumbuh
engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kau kehendaki adanya
engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi

seumpama bunga
kami adalah bunga yang
dirontokkan di bumi kami sendiri

jika kami bunga
engkau adalah tembok itu
tapi di tubuh tembok itu
telah kami sebar biji-biji
suatu saat kami akan tumbuh bersama
dengan keyakinan: engkau harus hancur!

dalam keyakinan kami
di manapun-tirani harus tumbang!


Wiji Thukul, Solo 1987-1988

*Diambil diam-diam dari sebuah blogger


Tentang, apa - apa yang menjadi ingatanku... Aku telah kehilangan. Mungkin itu sebuah periode dimana,aku, mulai menggunakan otakku untuk berpikir (meski cuma asal -asalan, dengan analisanya yang seenak jidat), menguji empatiku yang penuh dengan permainan subyetifitas... Kapan ya aku mulai mengenal Marx dan Engels?? kapan ya aku mulai tertarik mengikuti apa-apa tentang Hok-Gie dan Guevara? Kapan juga ya aku belajar berempati tentang apa-apa yang dilakukan Gandhi, Pramoedya, Tan Malaka sampai yang terakhir aku coba baca : Ahmadinejad?,...
Tanpa diskusi - diskusi itu lagi, aku khawatir aku hanya membuat kesimpulan sendiri.. aku takut merasa yang paling punya kebenaran.. aku takut memburamkan titik untuk kita mencari...
Hingga kemudian, muncul pertanyaan tentang kemungkinan periode lain (yang sama seperti perulangan sejarah) apakah akan ada lagi.. kabar ya mereka? ada yang bilang, suatu waktu meraka telah kalah oleh nasib.. menyerah pada takdir.. melayani waktu yang semakin tua. ku tanya kenapa.. ada yang jawab : kehidupan akan semakin matrealistis... dan uang akan jadi segalanya... dan aku, ........... tiada punya apapun untuk mengajak mereka kembali.
Aku lihat foto-foto.. Dan .. seumpama bunga, kami adalah bunga yang dirontokkan di bumi kami sendiri"... ada anak-anak kecil menangis, ... ada ibu-ibu menangis,... ada laki - laki tua menangis,... ada raja-raja sedang bersulang (kenapa mereka tidak menangis juga?).. Ada PKL sedang berperang dgn aparat,... ada kerumunan masa dalam kerusuhan yang panik (berapa orang yang mati dan diperkosa disitu?), ada penulis yang sedang menulis (tanya saja kenapa dia menulis semua kegetiran itu), ada seseorang yang baru bebas dan ia berdiri didepan gerbang penjara, ada mayat seorang laki-laki muda dengan darah segar, muncrat tepat dari lubang di keningnya... (kenapa harus ada yang rontok di buminya sendiri??)
Dan negeri dimana senja tidak akan pernah pergi, hanyalah negeri dongeng....

Merindukan Pagi

ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekah.
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza.
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku.
bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu.
atau tentang bunga-bunga yang manis dilembab Mendalawangi.
ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang.
ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
tapi aku ingin mati di sisimu, manisku.
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya.
tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.
mari sini sayangku.
kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
tegaklah kelangit luas atau awan yang mendung.
kita tak pernah menanam apa-apa, kita tak kan pernah kehilangan apa-apa.

Aku baca puisi itu lagi semalam. Aku kangen Purwokerto..

Kota kecil itu.. Mungkin saat aku terbangun di dalam paginya... Selepas adzan subuh,.. ku masak air panas.. Ku buat secangkir kopi.. Lalu ku bawa cangkir itu ke atas. ke atap.. ke tempat paling tinggi di tempat kosku..
Nikmatnya.. duduk di genteng.. memandang ke utara (mengantarkan kabut turun pelan-pelan setelah semalaman menyelimut di puncak slamet). Saat itu matahari juga tengah bersiap meretas jalan memulai harinya.. Mengganti dingin dengan hangat. Warna jingga di timur... Aku merindukannya... Memanjakan saluran nafasku dengan udara yang sangat sangat sangat dan sangat sejuk!! (Damn, Aku kehilangan itu di jakarta !!)....

dari Sepotong Senja Untu Pacarku*)

Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja--dengan angin, debur ombak, matahari terbenam dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dengan keadaan lengkap? seperti setiap senja disetiap pantai, tentu ada burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang dan barangkali juga perahu yang lewat di kejauhan. Maaf aku tidak sempat menelitinya satu-persatu. mestinya juga ada lokan, batu yag warna-warni dan bias cahaya cemerlang pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin ku lakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah sampai kapan menjadi kenyataan.
Ku kirimkan sepotong senja ini untukmu, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata. Sudah terlalu banyak kata didunia ini dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia. Untuk apa? kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagipula siapa yang sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa pernah mendengar kata-kata orang lain. mereka berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. kata-kata sudah luber dn tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita.
Kukirimkan sepotong senja untukmu, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam dibalik cakrawala.
Akan ku ceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja ini untukmu. Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, mamandang dunia yang terdiri dari waktu. memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam ini untuk mataku. Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar. keindahan berkutat melawan waktu dan tiba-tiba kau teringat padamu."Barangkali senja ini bagus untukmu," pikirku. maka ku potong senja itu sebelum terlambat, ku kerat pada empat sisi lantas ku masukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.
Setelah itu aku bejalan pulang dengan perasaan senang. aku tahu kamu akan menyukainya karena aku tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di suatu pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan, sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini, senja itu bisa kamu bawa kemana-mana...

*) Karya Seno Gumira Ajidarma

Satu Jam Di Suropati Kemarin

Matahari sudah gak terlalu menyengat saat aku memutuskan meninggalkan bogor
dengan kereta sore.. Kembali berdesak-desakan dan berdiri (kursiku, ku berikan pada seorang ibu tua dengan cucunya). Sepanjang jalan aku agak anti sosial (maaf). Aku memilih larut dalam lagu-lagu Sting dan Radiohead yang ku putar di MP4 player-ku.. Sekali lagi maaf, aku sedang ingin begitu sore itu.. Aku hanya tak ingin perjalananku jadi tak terasa membosankan.
Sesaat setelah kereta meninggalkan stasiun kalibata, tiba-tiba aku berubah pikiran.. Aku tidak mau langsung pulang ke kosan! Aku pengen ke Suropati...
Adzan magrib sebentar lagi, kereta itu berhenti stasiun manggarai, lalu aku turun... menyusuri rel ke arah utara, menyaksikan matahari yang segera tidur di ufuk barat.. keluar lewat jalan tikus (bukan karena aku gak punya tiket, aku selalu beli tiket), biar lebih dekat ke terminal...
Segera ku raih Kopaja 66, lalu aku turun di halimun... Langit sudah mulai gelap, saat ku lewat atas jembatan masuk ke jalan madiun... Jalan itu lengang sekali.. Rumah-rumah besar dikanan kirinya seperti tak berpenghuni. hanya ada kendaraan yang lalu lalang sangat jarang. Sampai diperempatan masjid sunda kelapa, aku memutuskan berhenti disana.. sudah masuk waktu maghrib, aku mau solat dulu...
Suropati mungkin tak pernah beda dengan hari-hari sebelumnya. tapi malam itu seperti memanggilku untuk melepas sebagian kecil malam disana. Seolah-olah semua di terjemahkan dalam warna-warna menyenangkan.. Tidak begitu ramai (kau tahu?? aku sangat menyukai itu).
Ku tujukan langkah-langkahku lewat jalan masuk sebelah kantor polisi.. mataku tak pernah lepas dari memperhatikan sekelilingku.. Kupu-kupu dari lampu.. air mancur dari lampu... akar-akaran pohon dari lampu.. dan seekor ayam (yang ini ayam beneran) duduk santai di kandangnya (entah kapan ayam itu bebas?)
Aku berhenti di depan kandang merpati... ku lihat keatas, sepertinya kosong (atau para merpati sedang berpesta di dalam?? atau sudah pergi tidur?) didepanku melintas sepasang anak muda laki-perempuan berangkulan mesra... (kenapa taman ini jadi pilihan mereka?)
Aku cari bangku langgananku... ternyata sudah terisi.. beberapa orang (ada laki dan perempuan) sedang berlatih biola di bangku itu.. ya sudah, aku di bangku lain saja.. aku dapat bangku panjang tepat di sebelah selatan air mancur... bangku itu padahal bisa muat untuk 5-8 orang, tapi ku habiskan sendiri saja...
Ku perhatikan orang-orang yang latihan biola tadi... menyenangkan sekali.. berkumpul dengan teman-teman (apalagi yang sudah lama akrab dan satu perjuangan).. tiba- tiba aku jadi ingat sebuah keinginan.. yaitu mengajak teman-teman kuliah-ku (mereka yang biasa aku ajak duduk-duduk dan ngobrol di trotoar) untuk bisa berkumpul disini. aku yakin mereka pasti bisa merasakan chemistry ini.. aku kenal mereka.. ya... duduk, ngobrol.. membahas apa saja.. aku yakin kami tak kan kehabisan cerita untuk itu.
beberapa saat jauh di depanku.. diseberang air mancur, lewat sepasang laki-laki dan perempuan (beda dengan pasangan tadi) sambil bergandengan tangan... (lagi-lagi, kenapa taman ini jadi pilihan mereka??) ku perhatikan mereka sibuk mencari bangku yang kosong (tapi sayang sepertinya sudah full booked) dan mereka akhirnya memilih duduk di tepi air mancur (pilihan bagus, karena suara percik air disitu sangat romantik). ku perhatikan mereka terus, mesra sekali... mereka nye-top tukang tahu gejrot keliling yang lewat.. lalu mereka makan sepiring berdua..;) asik banget...
Aku senang melihat itu.. aku jadi inget kamu... kalau saja kamu disini.. malam ini akan jadi sangat langka.. berdua kita menikmati angin yang keluar malu-malu diantara daun-daun pohon tua.. atau sinar malam yang tegap menembus daun-daun tadi... suara air mancur... suara-suara biola dari orang-orang itu... juga keriangan kita.. aku yakin itu semua bakal sanggup memecah kesunyian yang deras...
aku memilih tidur terlentang di bangku panjang tadi.. tangan kananku, ku lipat ke belakang, ku jadikan bantal.
menengadah ke atas.. hanya ada tiga bintang.. dengan sinar mereka yang pucat (aku benci ini, lampu-lampu Jakarta selalu mengeruhkan langit malam..). Aku melamun.. mengingat kamu.. mengingat papa dan mama. ingat rumah.. ingat teman-teman.. ingat kampus... ingat semua..
membawa ingatan dalam suasana inilah yang selalu aku cari-cari. kalau kau menapak tanah di jakarta .. kau akan kehilangan suasana itu. Tidak ada angin dingin dan lembah-lembah luas seperti di kalipagu.. tidak ada suara-suara aliran sungai yang tik-nya lembut. tidak ada langit malam yang benar-benar pekat dan keheningan trotoar.. apalagi suara jangkrik seperti di dekat sawah sebelah rumahmu..

Nobody knws it.. but you've got a secret smile.. and you used it... only for me..

The Ground Beneath Her Feet*)

All my life, I worshipped her. Her Golden Voice, Her Beauty's beat.
Mama menangis pagi ini... Dia sendiri dirumah.. Bersama Papa yang sudah berangkat di fajar hari dan pulang beriring dengan senja dan bintang timur yang mengembang. Sepanjang matahari ini dia akan terus sendiri. menunggu papa pulang.
How she made us feel. How she made me real.

Papa tidak menangis.. tapi dia juga pasti merindukan aku.. Mereka hanya tinggal berdua menjaga rumah..
And the Ground Beneath her feet. And the ground beneath her feet.

Mama menangis lagi siang ini.... Mengadu pada hari bahwa ia rindu... (Sambil memutarkan lagu-lagu yang dulu biasa ku putar dirumah).. Berharap itu dapat mengenangku..
And now i can't be sure of anything. Black is white, and cold is heat.
Mama Papa-ku hanya sendiri di rumah... Menhabiskan waktu bersama tanpa lagi tawa dan keramaianku... hanya tinggal kesunyian.. merayap di bingkai-bingkai foto.
For what i worshipped stole my love away. And the Ground Beneath her feet.

And the ground beneath her feet.
Mereka kesepian (Aku tahu itu). Mereka benci dengan kesenyapan ini (Aku juga tahu). Mereka ingin memecah kesunyian tanpa hanya dengan suara-suara di telepon (Sekali lagi, aku tau).
Go Lightly down your darkened way.
Go Lightly under ground.
Aku sangat peduli pada kalian dalam jauhku hari ini dan entah sampai kapan... Aku juga tak menginginkan bentangan jarak ini, tapi ini demikianlah aku, kita..
I'll be down there in another day. I won't rest untill you're found.
Aku tidak pernah melupakanmu.. Tapi aku tidak bisa membenci rutinitas yang mengurungku.. Dia tidak memisahkan kita kan ??
Let me love you, let me rescue you

Let me bring you where two raods meet.
Aku mencintai kalian (dalam heningku ku bisikkan itu). Aku sangat merindukan kalian (dalam diamku ku teriakkan itu selalu..
Oh.. come back above.. Where there is only love??

Only Love?
9 bulan ini terasa lama.. Tapi aku pasti pulang kog..

Avenue

bayangan akan pertunjukan yang menyenangkan (ku harap) ada dibenakku... aku berada ditengah-tengahnya... siapa yang jadi pemainnya? siapa yang jadi piano atau violin-cello-nya? repertoir apa yang dimainkan? aransemen apa yang digubah? siapa yang jadi konduktornya? siapa yang menata panggungnya? siapa yang mengatur pencahayaannya?
tapi sebelum aku kesana, bagaimana aku bisa menempuhnya? pukul berapa aku harus berangkat kalau ditiketku pertunjukan baru dimulai pukul 08.00 malam (sementara waktu mulai pasti ngaret, tapi aku ingin di ada di barisan depan)? Bagaimana kalau macet? bagaimana dengan makan malam (aku gak mau menonton dalam keadaan laper)?
setelah aku kesana? di mana ruang pertunjukannya? di mana tempat sobek tiketnya (aku gak mau keliatan tolol)? adakah orang yang aku kenal disana (tapi engga-lah, aku pengen nonton sendiri)?
..... .... ....
saat pertunjukan berlangsung aku memilih diam
.... .... .....
pertunjukan usai.. apa seperti yang aku harapkan? bagaimana komposisinya? bagaimana aransemennya?? bagaimana susunan lagu yang dimainkan tadi??
lalu ... apakah jiwamu tersentuh? apa emosi yang kamu dapat? apakah kamu puas??

Konsep

kemarin dulu aku baca kumpulan catatan pinggir GM pada dekade 80an. bacaan yang terlampau berat. maksudku, butuh banyak-banyak putar otak (tanpa tendensi tentunya). Ada berbagai macam tawaran konsep yang diceritakan (meski benar, selalu enggan dengan kebulatan). Benar-benar membias kemana-mana, menyajikan coretan warna yang gak pernah bisa disangka. Dan, aku sangat menyukainya (meski kadang kesal karna aku terlalu sering dibuat bingung).
Aku jadi berpikir. Ternyata segala keadaan yang pernah terjadi itu bisa menciptakan cerita yang unik.. konsep yang lepas pada masing-masingnya. Aku berpikir (lagi) sebagai manusia yang hidup dalam sejarah, aku pasti telah jadi dari bagian "keadaan"ku sendiri. ini sudah takdirnya. dan tanpa pernah disengaja aku telah melahirkan "konsep" ke"aku"anku...
lalu yang aku pikirkan sekarang adalah kenapa gak pernah ada awareness sedikitpun (dariku) tentang konsep itu??... Ya, aku punya catatan harian. tapi apakah ia adalah media hidup konsep-konsepku... Aku jelas punya harapan, punya keinginan, punya visi, punya misi dan punya tujuan hidup.. lalu apakah semua itu adalah konsep-konsepku? Jujur ku ceritakan.. aku terlalu sering memperlakukan pikiran-pikiran tadi secara abstrak... dan jujur (lagi) sudah lama aku ingin merapikan pikiran-pikiran itu.
Usiaku semakin bertambah. lelaki seusiaku kalo belum punya perhatian seperti itu berarti bodoh. aku gak mau jadi orang bodoh,,, aku ingin bisa mengkombinasikan pikiran-pikiran tadi ke dalam sebuah strategi hidup yang dahsyat.. aku ingin menciptakan konsep "aku" metang meski dengan perlahan-lahan.. dan aku mau.....

Sendja Di Djakarta*)

Where you are seems to be
as far as an eternity
Bukan suatu kebetulan jika kenyataan baru terbagi-bagi dalam beberapa pilihan sulit. Pilihan itu kelak akan mengantarkan aku pada sebuah masa-masa yang keras. Tapi jangan menyerah.. jangan putus asa. jangan berhenti ditengah keraguan. Jangan lelah. jangan terlalu arogan
our streched arms .. open heart
and if it never end then when do we start?
Melihat garis takdir pada mata setiap orang-orang yang kutemui di jalan-jalan. Mendengarkan suara-suara yang meneriakkan : aku ingin tetap dan harus bertahan hidup!!. Meraba tajamnya ujung-ujung keragaman kepentingan yang menyertai teriakkan tadi. Merasakan panas dan dinginnya suasana Jakarta yang kadang bisa saja berganti dalam tempo yang sangat-sangat cepat
I never leave you behind or treat you unkind
I know you understand
Hari-hari yang baru akan kembali lagi besok. berjumpa pada semua-semua yang kadang masih segar, kadang harus berputar lagi, atau dejavu yang terus-terusan. besok bisa jadi benar-benar besok. besok bisa seperti hari ini. besok mungkin saja sama dengan hari lalu. seolah-olah berulang dan kita hidup diatasnya. lalu kesadaran yang kuat bahwa yang mati biar saja mati. atau menginginkan perubahan (tapi tidak tergesa-gesa). Lalu apa maksud dari bahasa-bahasa yang aku tidak mengerti aku?
and the tears in my eyes, give me the sweetest goodbye
that i ever did receive
Jangan panik. meski jakarta yang tua ini begitu aneh. Bersyukur saja karena kita hidup di dunia yang "indah". lalu percikan memori sekitar 17 tahun yang lalu. berlari-lari untuk tujuan yang gak jelas. Lucu sekali.. Salemba raya, tidak mengerti kalau gedung tua tempatku bermain-main dulu, ternyata punya sejarah yang hebat. Oh.. tidak.. jaring-jaring laba itu menangkap dan menjeratku sampai ke tengah-tengah. Apakah aku yang menyebabkan masalah ini? (Maaf) aku gak bermaksud membuatnya jadi kacau begini;-)
pushing forward ang arching back
bring me closer to hearted attack
Bernyanyi bahwa aku gak akan jadi masalah buat orang lain... mereka yang merusak jaring-jaring itu. Tanpa perhatiankah mereka? aku tau, mereka tidak pernah mendengarkanku. dari kenangan yang ku bangun sampai aku akan kembali tidur. aku menunggu pada garis-garis itu. mereka ingin aku merubahnya? ya, aku akan merubahnya menjadi sesuatu yang baik. bernyanyi lagi.. dengan sejelas mungkin.. aku selalu mengunggu itu
say goodbye and just fly
When you comeback, i have something to say
Mereka tidak melihat itu. Cobalah lalu hentikan aku.. lalu buktikan kalau mereka peduli.. tapi aku hanya ingin mereka tahu bahwa mereka akan mendapatkan jalannya sendiri.. jangan merasa aneh... menunggu lagi.. menunggu lagi.. dan itu mereka.. aku mendengar.. tapi mereka tidak mendengar aku. dan itu mereka.. aku melihatnya.. dengan terang dan sangat jelas sekali...
How does it feels to know you never have to be alone
when you get home
Aku bangun untuk menyaksikan kembali kepingan tubuh yang sempat lelah berantakan kemarin. Mempersiapkan agar aku sedekat mungkin. (seperti seoang pengungsi saja). Dibawah sini, dimana aku gak bisa melihat dengan begitu jelas. Apa aku tau? maka tunjukkan aku jalan yang benar untuk pergi. lalu semua datang seperti air. untuk merasakannya begitu buruk andai mereka tahu. Semua bersembunyi disetiap. mereka tidak akan bisa menyentuh (diri) mereka sendiri.. karena mereka sangat tidak jelas
there must be some place here it's only you and could go
so i can show you how i feel
Aku bangun untuk melihat tak seorangpun bebas (pikirannya). Dimana mereka melihat jalan yang ku punya.. disini aku tidak bisa tidur dari semua ketakutan itu sekarang. sungguh, aku benar-benar lupa (tak aku sengaja) segala sesuatu yang pernah aku pelajari dulu.. kalu kita gak bisa melihat semua.. maka mereka yang akan bisa melihat semuanya.. lalu jika kita gak bisa menemukannya sekarang, maka mereka yang akan menangkapnya
dream away everday,
try so hard to disregard
Cahaya pergi dan aku tidak bisa diselamatkan. mencoba apa yang pernah dicoba, untuk terjun lagi. meletakkan aku dibawah tempat aku pernah berlutut dulu. (aku pernah mengemis disana)... kembalilah karena masih banyak hal yang belum terkatakan (seperti tanya dikepalaku). Masalah-masalah ini tak bisa kunamai. (seperti penguasa yang menunggu untuk mengaum). Kebingungan tak pernah berhenti. Menutup seperti tembok-tembok yang mengurung detik demi detik. kembalilah ke rumah. karena aku gak pernah berhenti untuk selalu cari tau. Sebuah bagian dari sebuah curahan. ataukah bagian dari sebuah penyakit??
the rhythm of the rain that drops
coincide with the beatin' of my heart
tidak harus seperti yang orang-orang bilang. Aku kira semua akan tumbuh seperti. (Seperti tidak bisa berhenti?) Mereka dapat memanggilnya seperti semua itu tak punya sense apapun. Mereka tidak peduli, maka aku jangan sampai menangis. ku kira aku tidak akan bunuh diri.. aku tidak akan kehilangan apa-apa. Hari-hari lalu berakhir. Lalu aku gak perlu mempertaruhkan harga diriku.

*) Meminjam sebuah judul buku Mochtar Lubis. cetak miring adalah Lirik Lagu Sweetest Goodbye - Maroon 5

Merapikan Hari - Hari Lusuh

hal-hal yang menarik dari perjalanan ini adalah, aku bisa merasakan perbedaan antara sedih dan bahagia, suram dan terang, sunyi dan ramai, menang dan jalah, bangkit dan jatuh, bersinar dan tenggelam atau menang dan kalah. hanya ada beda yang tipis sekali antara berbagai keadaan itu. wujudku dalam bentuk yang belum utuh ini harus terus ku tegakkan agar tidak mati..
waktu-waktu yang tersusun seadanya.. tanpa alur tanpa pola. semuanya lahir di pagi hari lalu mati dimalam hari.. diantaranya ada keringat, kaki yang pegal-pegal, mata yang merah dan perut yang lapar. tapi itu-lah seni berperang. membuktikan kata-kata.. membuktikan janji.. tidak mudah memang.. tapi ketimbang jadi sebuah omong kosong, lebih baik mengorbankan waktu.
aku gak tau maksudku detik ini.. aku hanya ingin ngawur... aku kangen ngobrolsama temen-temen.. aku kangen berdebat..

Menunggu Beberapa Hari Lagi

kesenyapan dalam temaram malam yang selalu kurang lengkap. hanya keletihan sepulang kerja. suhu udara yang selalu panas, lalu keringat yang hampir mengering.. hanya di perangkap ruang kecil itu, aku mengeluh membabi buta. entah itu kesepian tanpa teman, suasana menyenangkan. entah itu kekangenan pada papa, mama dan kamu... Hanya pada lembar-lembar koran, atau telpon genggam. adakah mereka duduk untuk mendampingi??

Aku selalu tak pernah menyerah pada keadaan. aku akan berjanji padumu bahwa aku akan memenangkan pertarungan ini. Bila hari ini kita harus meregang jarak karena cita masa depan-depan. ku mohon jangan singkirkan aku. aku masih tetap pada tanggungjawabku.. pada takdirku..

disana, kalau kamu kesepaian apa yang kamu kerjakan?? pasti disana menyenangkan. ya, aku percaya itu. kota-mu punya segala yang pernah melambungkan hal-hal menyenangkan. kamu tahu?? aku merindukannya dalam heningku setiap saat. Jalan-jalan yang meski ramai tapi selalu tenang.. dingin malam yang khas juga kesenduannya. suara-suara yang tak terlalu bising.. atau bintang-bntang yang masih bisa terlihat dengan jelas..

maka beberapa hari kedepan aku menanti saat itu. aku ingin pulang kesana. segera sambut aku sayangku?? tunggu kereta yang membawaku.. dan hujani stasiun nanti dengan senyuman manismu.

lalu 54 jam kedepan ku harap, aku bisa membahagiakanmu... kita coba lagi mengecap setiap detak waktu dengan cinta.. tawa.. obrolan, canda dan sejuta kemesraan lain.. sadarlah waktu itu akan sangat berharga. karena tentang waktu yang selalu kita kangeni, mungkin saat itu-lah dia mampir untuk kita.. sadarlah waktu itu segera pergi, lalu sbelum dia akan pergi.. maka bersyukurlah kita, atas kebersamaan denganku.. denganmu.. seperti yang dikehendaki Tuhan... kelak..

Halte Depan Museum Gajah

Apa kabar ??
Di halte depan museum gajah, lewat jam 5 sore. aku melamun...
gak jelas arah pikiranku harus membentang, tapi suasana yang unik menderaku dalam sebuah keheningan... lalu lintas medan merdeka yang sibuk, terserahlah.
aku jadi ingat mayday lalu. tepat didepan jalan ini macet total. paginya seorang temanku mengirimkan sms : selamat hari buruhh!! (untukku).
aku menamakan ini kekalahan kecil. aku tetap ingat. dulu selama kuliah aku terlalu sering banyak bersuara. tentang buruh saja misalnya, setiap menjelang mayday aku selalu menyiapkan tulisan-tulisan kritik atau kesan. tapi hari ini, saat aku benar-benar masuk kelas pekerja (mungkin juga buruh). saat itulah aku jadi seseorang yang tidak mampu berbuat apa-apa untuk mengulang segala repertoir itu.
sore itu, aku teringat mama dan papa dan rumahku diseberang sana.. apa kabar ya mereka?
sore itu aku terkenang diana-ku... yang pada sore ini ku hitung hari untuk pertemuan dengannya. aku ingin segera terbang

Gejala - Gejala Yang Makin Membatu

Jakarta, hampir jam 8 malam saat angkot yang baru kunaiki belok ke barat perempatan sawah besar dari arah Gajah mada. Hari terakhir kerja sebelum weekend memang selalu crowded seperti itu. Belum dua puluh meter setelah tuh angkot masuk jalan zainal arif, beberapa langkah didepan ada pemandangan yang sibuk sekali. beberapa orang polisi lalu lintas dengan tongkat besi ditangan keliatan buas sekali bekerja. sekitar belasan bajaj-bajaj yang mangkal disisi kira hulu jalan itu jadi korban keganasan mereka. sang polisi tidak menginginkan bajaj-bajaj itu berjejer disitu. hasilnya?? seru sekali...... tongkat-tongkat besi polisi itu dengan ganasnya menyerang badan bajaj-bajaj yang pasrah!! mengisyaratkan bahwa pukulan-pukulan itu adalah sinyal pengusiran... lalu, jelas sopir-sopir bajaj yang sebelumnya gak siap jadi kalang kabut. mau gak mau : cabut!!
Itulah gejala-gejala yang sering nampak didepan. entahlah apa aku harus menyebutnya sebagai sebuah miniatur konflik sosial atau bukan. tapi melihat keadaan seperti itu didepan mata sama sekali tidak mengenakkan. seperti kejadian beberapa menit sebelumnya. sebelum naik angkot aku, aku jalan dari perempatan batu ceper, lalu nyebrang lewat jembatan penyebrangan shelter busway sawah besar. di jembatan itu ternyata berjejer pula pengemis-pengemis malang berusaha menyambung hidup.
Siapa yang salah?? Polisi-polisi itu harus bekerja, meski dengan cara yang paling keras. bajaj-bajaj itu hanya mengikuti tuannya yang juga harus bekerja, meski mereka harus bergerak dengan tidak teratur. pengemis-pengemis itu juga harus bekerja, meski dengan mengemis tapi mereka juga ingin tetap hidup.
apakah semuanya menuju pada satu ujung?? karna mereka butuh sesuatu agar mereka bisa bertahan??
sama sepertiku yang seperti berjudi dengan kesempatan menapak di Jakarta. aku juga butuh sesuatu agar bisa tetap hidup (paling tidak, gak bergantung lagi sama orang tua). dan saat jakarta berganti jadi sebah pilihan. maka aku akan merasakan jakarta seperti ujung sebuah pisau.
seperti pengemis yang (harus) melawan panas dan hujan. seperti sopir bajaj yang (harus) menerima kerasnya sikutan "lawan". atau seperti polisi Yang atas nama perintah) harus bertindak keras dan kejam bagi orang lain..
entahlah, someday masa-masa sulit itu juga pasti akan tiba......
Berjuanglah,........

Like An Iris

beberapa hari setelah kota-mu yang berlalu dari jauh pandangku. I'm leaving..
selama itu-lah gelembung-gelembung kangen itu membesar lalu pecah setiap malam datang pada siangku...
entahlah, ada beberapa isyarat yang gak bisa diterjemahkan dengan singkat dan tenang. tapi aku hanya bisa menangkapmu dari kejauhan. terima kasih atas suara-suaramu di telfon.atau sems-sms yang tak pernah berhenti datang. aku sangat membutuhkan teman bicara akhir-akhir ini.
berjalan pada jalan-jalan di tempat yang sangat bising. hanya bersandar pada kenangan dan bayang-bayang tentang masa-masa kita. disitulah aku sedikit menghirup (paling tidak sedikit mencari) kekuatan. menegakkkan hati untuk bertahan. pelan=pelan. sedikit sedikit.
kapan ya jalan lain yang menuntunku pulang akan datang lagi?? aku harap secepatnya. aku bukan sedang sentimentil sore ini. tapi kadang manusia sekuat apapun dia, tetap saja rasa itu tidak bisa dibohongi.
aku mencoba tak peduli, tapi tetap sulit. yang ada aku smakin mencari kangen itu.
semalem aku lihat langit jakarta. sangat tidak indah. lampu-lampu kota memburamkan keindahan langit malam. warna kemerahan yang muncul seperti memerihkan mata. apalagi suara-suara (yang saat itu masih hidup) disekililngku sangat memekakkan. aku pusing.
sudahlah, kita tunggu saja kapan kita akan bertemu. aku hari ini, masih menyimpan kangen. menunggumu.
aku ingin pulang. dengan kereta yang membawaku menunggumu...
gambir aku akan datang, bawa aku kesana...

seperti seth yang memilih terjun ke bumi
meninggalkan malaikatnya
menjadi manusia
seperti itu aku ingin .........

Percakapan

sepulang dari kantor kemaren, seperti ada yang memanggil-manggilku untuk berbagi senja dengan merpati-merpati dan pepohonan hijau di Suropati. Melepaskan diri sejenak dari keseharian yang tanpa kesimpulan. meniti detik lalu menyaksikan terang menjadi gelap. semua di taman itu.
perjalanan dari kantor ke suropati sangat menjenuhkan. macet luar biasa. rasa bosan itu segera berlarian dengan ketidaksabaranku ingin segera sampai. tapi beginilah jakarta. harusnya aku tau itu.
Suropati. sepi sekali sore itu. tapi aku sangat menyukainya. memilih merapat pada jejeran bangku taman yang kosong. menghadap ke tengah kolom air. menghitungi merpati-merpati yang tersisa disana. ada beberapa orang menunggu di halte. ibu yang bermain dengan anak-anaknya. dan beberapa manusia yang pacaran.
sukacita yang ku cicipi sore itu, adalah aku bisa sejenak merefresh "aku". menyepi. melamun. sendirian. khas orang gila. tapi aku menyayangi kegilaan ini,...
entahlah, kenapa orang seperti aku justru menjadikan kegilaan ini sebagai obat yang paling mujarab. paling ampuh untuk mengobati "gila" itu sendiri. aku tidak suka mall, maka itu aku tidak modern... aku malah menyukai taman ini, karna itu aku memang aneh..
ada percakapan lucu kemarin. dengan seorang pedagang tahu gejot keliling yang biasa mangkal di tempat itu(kami sudah saling berkenalan, aku pelanggan setianya setiap ketemu). sambil menungguku makan dia tanya sama aku (dengan logat betawi yang kental khas bapak itu), "mas kalo boleh saya tanya kenapa mas sering duduk sendirian disini?". aku gak jawab, malah balik nanya. "emang napa bang?". dia jawab "engga, saban ketemu saya perhatiin mas sering dateng kesini cuma buat baca buku, trus ngelamun sendirian?" aku coba ngambil kesimpulan dengan pertanyaan : "kaya orang gila ya bang?" lagi dia jawab : "ya engga siy mas, cuma apa enak sendirian bgini?" God, pertanyaan yang cerdas.. cuma aku jawab dengan senyum, lalu ku jawab lagi seadanya, "biasa aja-lah pak. saya suka aja begini".
tapi beberapa detik kemudian, pertanyaan itu berubah seperti menguasai pikiranku. mungkin ada benarnya pertanyaan itu. kalau aku mengikuti pandangan orang-orang. diluar sana pasti berkesan apa yang aku lakukan di taman itu tidak lazim. paling tidak apa yang dipikirkan bapak itu sedikit mewakili pandangan orang-orang asing yang melihat aku.
ah, bodo amat. simply me, aku masih sanggup menguasai diriku untuk melakukan ini. sepanjang aku menginginkannya. aku akan terus melakukan ini.
tidak ada pilihan lain. kemana aku harus datang untuk membuatku bisa melamun seluas mungkin. aku bertemu jawaban disana. dibangku-bangku yang kududuki. atau dibawah pohon-pohon tua yang sore itu bersahabat sekali.
Melepasakan diri untuk rileks melihat senja bagai seorang prajurit yang tak pernah tua. hanya berangsur-angsur menghilang dalam kesenyapan malam.

Menggugat Jakarta

Jakarta beberapa hari kemarin sangat membosankan... Rutinitas yang meyaji perangkap setiap hari kerja. kemacetan yang luar biasa. Bising suara-suara klakson yang terdengar tidak pernah merdu. atau juga manusia-manusia yang lalu lalang. seperti tidak pernah berakhir.
tapi mungkin inilah wajah jakarta. sebagian wajah maksudku. sebuah hal yang harusnya tak perlu aku anggap aneh. apalagi dengan sikap paranoid. mungkin aku yang belum terlalu terbiasa dengan kebiasaan seperti ini.
entah kenapa aku tidak bisa (atau mungkin belum?) menikmati Jakarta. Padahal aku sudah lama tinggal disini (tapi entah kenapa masih belum bisa mengerti). aku ngerti banyak kesenangan yang bisa disajikan Jakarta dengan sangat menawan. tidak ada yang tidak. kata temanku, Jakarta punya segalanya. apa yang kita cari, semua ada disini!!
really?? maaf, ku katakan padamu : Aku belum menemukan kebenaran pertanyaan temenku. entahlah, mungkin aku saja yang kampungan. datang ke kota besar ini seperti rusa masuk ke desa. tapi beneran, I couldn't feel 'em!!
setiap malampun aku hanya bisa bisa menemukan lampu-lampu jakarta dengan warna kelelahan. nyaris tidak ada kesegaran. dari segitu banyak manusia, atau kesibukan jalanan yang melangit semua berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti
pagi ini, mama telpon dari rumah. Rumah? apa kabar home sweet home?? memang aku sudah gila, karena lama tidak pulang. tapi aku jelaskan (kalau kamu tau) aku kan sudah jarang sekali pulang. dalam hitungan tahun-tahun yang dingin. tapi aku masih tetap merindukan saat dimana aku pulang. tapi mungkin tidak untuk beberapa waktu kedepan.
Dan Jakarta, cepat atau lambat akan jadi takdirku. entah berapa lama. entah seberapa aku bisa tahan. entah apakah akan ada cinta untuk kota ini. sederhannya aku hanya ingin yang biasa-biasa saja. meski gak mungkin aku bisa menghirup udara pagi yang segar seperti di kalipagu. tapi setidaknya aku bisa menghindari ketidaknyamananku pada suasana Jakarta.
dan harus kukatakan ya, aku akan bertahan.
jakarta masih punya Suropati yang mau bersahabat denganku.