Selasa (24/6) kemarin, saya melintas pelan di Jalan Gatot Subroto (saya dari arah SLipi). Siang itu suasana di sana sangat tidak menyenangkan. Macet.. Saat tepat melintas di seberang gedung MPR/DPR, ada pemandangan yang saya yakin, itulah penyebab kemacetan luar biasa ini.. Ada Polisi (saya liat dari seragamnya). Ada mahasiswa (saya liat jaket almamaternya). Ada
orang-orang lain entah dari mana, asik dengan sebuah keramaian. Perasaan saya gak enak.. pasti ada ketidaknyamanan.
Benar saja, gak jauh didepan saya .. banyak ban-ban terbakar yang menggeletak tak bertuan di jalanan umum. Asapnya bikin sesak, kasian anak kecil yang dipangku ibunya persis dibelakang saya. D**n, ini dia yang bikin macet.. Gak jauh dari situ, untung ada beberapa orang yang kelelahan berusaha menyingkirkan benda-benda sialan itu ke pinggir jalan (trima kasih ya pak, itu sangat membantu). setelah 10 menit saya turun sebelum jembatan semanggi. Persis depan Kampus Atmajaya.. Sial, tambah macet.. banyak benda-benda terbakar menutup sebagian besar jalan disitu.. entah itu dijalur cepat, atau di bahu jalan.. saya lihat, beberapa orang (entah dia siapa), dengan begitu gantengnya bakar-bakaran di jalan seperti sirkus dan orang-orang kantor (yang gak bisa pulang karena tidak ada bis kota yang beroperasi) menjadikan itu sebagai sebuah tontonan gratis.... Jalanan itu lumpuh.
Ratusan motor berjalan merayap. puluhan mobil berdesakan menunggu tanpa kepastian.. belasan busway berdiam kaku, juga tanpa tau kapan bisa bergerak lagi.. Saya terjepit diantara orang-orang malang itu..
Untunglah, saya masih bisa sampai rumah. meski dengan kelelahan yang cukup.
Acara TV berita sore, ternyata yang saya alami siang itu ada kaitannya dengan headline berita.
Ada demo, masih dengan isu yang sama. Tuntunan yang saya tangkap, Penolakan kenaikan harga BBM dan juga Pengusutuan Tuntas atas tindakan represif di Kampus UNAS yang memakan korban jiwa.
Saya pribadi, keberatan dengan kenaikan harga BBM. Lalu soal mahsiswa UNAS vs Polisi, saya prihatin kalo memang korban itu tewas karena tindakan represif aparat, dan menuntut kebenaran yang seadil-adilnya. Saya mendukung usaha aksi itu, dengan syarat. semua harus elegan dan damai.
Tapi sore itu dari yang saya alami, dan kemudian saya lihat ditivi.. kenapa aksi yang harusnya murni itu kenapa jadi berubah bentuk?? kenapa harus ada pembakaran?? kenapa harus merusak?? kenapa harus mengganggu kenyamanan umum??
Saya hanya menyayangkan karena, sederhana saja bisa jadi masyarakat yang terganggu kemudian jadi tidak simpatik pada usaha aksi itu..
No comments:
Post a Comment