INDONESIA MERDEKA

INDONESIA MERDEKA

Saturday, June 28, 2008

Menikmati Euro dari Balik Selimut

Selalu ada paksaan yang paling barbar, untuk memberi perhatian pada tayangan sepakbola. Hampir 20 hari berlalu, sebagian atensi menunggu didepan tivi, lewat siaran live, hi-lite atau berita olahraga. Aku tidak cukup demam, tapi aku melemah.
Aku mencintai sepakbola. hampir disepanjang hidup. Ini warisan papa. warisan yang sangat adil dan membekas. USA 94, England 96, France 98, Belgium-Netherland 00, Korea-Japan 02, Portugal 04, Germany 06 sampai hari ini Austria-Swiss 08. Semua tak lepas dari jauh pengamatanku. Aku menikmatinya.
Setiap perhelatan punya cerita. Aku masih sanggup mengingatnya, aku yakin sekali. Tantang saja aku berdiskusi tentang semua itu, aku akan melayani dengan jiwa yang paling cerah.
Aku tidak ingin bicara tentang Prancis tahun ini. Karena sudah gagal, dan uangku melayang demi gengsi.
Aku ingin mengusik prediksi yang kebolak-balik. atau bercanda dengan kejutankejutan.

Semua sudah berjalan. gugur satu persatu. siapa yang bisa menghitung butiran airmata tumpah karena victory jauh dari genggaman? Karel Bruckner pantas kecewa dan aku mengerti kenapa Petr Cech menangis. Swiss sedikit bisa tersenyum karena punya satu kemenangan yang terlambat. Leo Benhakker mungkin akan kehilangan pekerjaan. Rakyat Austria
harus memendam harapan lebih tinggi. Prancis tak pernah bisa berjalan tanpa Zidane. Duet
Adrian Mutu dan Christian Chivu belum bisa meloloskan Rumania. Ibrahimovic senang karena bisa membuat 2 gol setelah sekian tahun, tapi Swedia harus pulang. Dan Yunani telah benar-benar dijauhi dewi fortuna, tidak seperti 4 tahun silam.
Cristiano Ronaldo sangat berhasil di sepanjang EPL dan Liga Champion kemarin. Tapi kali ini, dia hanya mencetak satu gol dan Scolari pun menutup karir di Portugal dengan pencapaian yang segitu saja. Padahal portugal datang dengan menebar ketakutan. Tapi itu tak cukup taji untuk menikam staying power Jerman. Ya, Michael Ballack kembali jadi sosok sentral itu. Jerman, telah kembali.. Turki lagi lagi berkibar karena teranugerah untuk terbang. Keajaiban itu menyayangi mereka, dan enggan pergi.. 3 kali hampir mengakhiri pertarungan dengan kekalahan, 3 kali pula mereka selamat dan jutaan rakyat Turki menangis gembira. Kroasia sangat menghibur dan Slaven Bilic benar, butuh banyak waktu untuk melupakan kesedihan ini. Belanda menjadi umpatan banyak petaruh, karena superioritas mereka sepanjang turnamen, rontok memalukan. Hiddink memang hebat, dan Rusia akan terus mencintai dia. Ada yang bilang ini penampilan buruk Italia, dua gol dari bola mati memang sangat ironis bagi sang juara dunia. Dan bagi Spanyol, ini saat terbaik untuk mematahkan keraguan sejagad karena mereka punya seniman-seniman terbaik hari ini.
Ada empat martir yang menarik perhatian saya.
Guus Hiddink. Siapa pun tahu, Negaranya bisa dibawa jadi Semifinalis Piala Dunia 10 tahun lalu. Kalau tahun ini, dia menilai dirinya sendiri sebagai pengkhianat terbesar dia tak perlu kuatir. Rakyat di negeri kincir itu harusnya bangga punya tokoh sepakbola yang dicintai banyak bangsa. Korea selatan tak akan pernah melupakan dia, dan gelar Honoris Causa itu hanya sedikit dari penghargaan itu. Dan kini, dia menghentak kremlin. aku berpikir, kalau nikita Kruschev masih hidup apa ya yang akan diberikan untuk sang meneer?? a built in remedy for Kruschev and Hiddink?? Hiddink punya energi untuk menyuntikkan semangat berjihad yang luar biasa. Entah apa yang dikatakannya pada laskar Taeguk yang tak pernah berhenti berlari di sepanjang laga 6 tahun lalu. Atau entah pula apa yang dibisikkannya pada Arshavin dan beruang-beruang merah itu menghabisi saudara sebangsanya sendiri.
Fatih Terim. Sang legenda dibumi Attaturk. 12 Tahun lalu ia mulai memimpin Truki menyerang eropa, meski gagal total tapi sejak itulah benih benih kekuatan masa depan Turki mulai tumbuh. Dan tahun ini ia datang lagi. Memang Turki seolah jadi kubu yang selalu beruntung. Tapi keberuntungan itu takkan muncul tanpa semangat juang yang mati-matian.. mereka hanya punya 5 menit untuk tidak mengecewakan tanah air. Dan Nihat Kahveci pun muncul sebagai juru selamat. Nihat hanya peluru, dan terimlah penembakknya.
Andrei Arshavin. Anak muda ini tak menyiakan kesempatan terakhir. ia hanya jadi penonton saat negaranya di hantam telak oleh Spanyol dan bermain buruk melawan laskar olympus. ia hanya punya kans saat menjumpai swedia. dan ia hadir untuk tidak jadi pecundang. ia bergerak dengan atau tanpa bola. melepas umpan, lalu membunuh harapan skandinavian. melawan nama besar total football ia tidak gentar. saat belanda mungkin memandangnya sebelah mata, ia mengambil inisiatif menekan. dan ia berhasil...
Terakhir Mickhael Ballack... atlet yang gagah dan kuat. ia menangis saat john terry gagal menghukum Cristiano ronaldo. tapi sekarang ia sanggup berjalan tegak. Ia memimpin dengan bakat naturalnya. Ia mencetak gol dengan tendangan terbaiknya dan kekuatan fisiknya. Aku yakin ia akan mengambil kesempatan ini. kesempatan kedua tidak selalu bisa jatuh bebas.
Dari balik selimut ini, aku mencatat mereka.. untuk diskusi dimasa-masa mendatang. saat aku jadi tua, aku akan terus mengingat mereka. Masih dari balik selimut ini, aku menahan kantuk. Serba salah memang. tapi 2 tahun lagi masih sangat lama.

No comments: