sepulang dari kantor kemaren, seperti ada yang memanggil-manggilku untuk berbagi senja dengan merpati-merpati dan pepohonan hijau di Suropati. Melepaskan diri sejenak dari keseharian yang tanpa kesimpulan. meniti detik lalu menyaksikan terang menjadi gelap. semua di taman itu.
perjalanan dari kantor ke suropati sangat menjenuhkan. macet luar biasa. rasa bosan itu segera berlarian dengan ketidaksabaranku ingin segera sampai. tapi beginilah jakarta. harusnya aku tau itu.
Suropati. sepi sekali sore itu. tapi aku sangat menyukainya. memilih merapat pada jejeran bangku taman yang kosong. menghadap ke tengah kolom air. menghitungi merpati-merpati yang tersisa disana. ada beberapa orang menunggu di halte. ibu yang bermain dengan anak-anaknya. dan beberapa manusia yang pacaran.
sukacita yang ku cicipi sore itu, adalah aku bisa sejenak merefresh "aku". menyepi. melamun. sendirian. khas orang gila. tapi aku menyayangi kegilaan ini,...
entahlah, kenapa orang seperti aku justru menjadikan kegilaan ini sebagai obat yang paling mujarab. paling ampuh untuk mengobati "gila" itu sendiri. aku tidak suka mall, maka itu aku tidak modern... aku malah menyukai taman ini, karna itu aku memang aneh..
ada percakapan lucu kemarin. dengan seorang pedagang tahu gejot keliling yang biasa mangkal di tempat itu(kami sudah saling berkenalan, aku pelanggan setianya setiap ketemu). sambil menungguku makan dia tanya sama aku (dengan logat betawi yang kental khas bapak itu), "mas kalo boleh saya tanya kenapa mas sering duduk sendirian disini?". aku gak jawab, malah balik nanya. "emang napa bang?". dia jawab "engga, saban ketemu saya perhatiin mas sering dateng kesini cuma buat baca buku, trus ngelamun sendirian?" aku coba ngambil kesimpulan dengan pertanyaan : "kaya orang gila ya bang?" lagi dia jawab : "ya engga siy mas, cuma apa enak sendirian bgini?" God, pertanyaan yang cerdas.. cuma aku jawab dengan senyum, lalu ku jawab lagi seadanya, "biasa aja-lah pak. saya suka aja begini".
tapi beberapa detik kemudian, pertanyaan itu berubah seperti menguasai pikiranku. mungkin ada benarnya pertanyaan itu. kalau aku mengikuti pandangan orang-orang. diluar sana pasti berkesan apa yang aku lakukan di taman itu tidak lazim. paling tidak apa yang dipikirkan bapak itu sedikit mewakili pandangan orang-orang asing yang melihat aku.
ah, bodo amat. simply me, aku masih sanggup menguasai diriku untuk melakukan ini. sepanjang aku menginginkannya. aku akan terus melakukan ini.
tidak ada pilihan lain. kemana aku harus datang untuk membuatku bisa melamun seluas mungkin. aku bertemu jawaban disana. dibangku-bangku yang kududuki. atau dibawah pohon-pohon tua yang sore itu bersahabat sekali.
Melepasakan diri untuk rileks melihat senja bagai seorang prajurit yang tak pernah tua. hanya berangsur-angsur menghilang dalam kesenyapan malam.
No comments:
Post a Comment